ABORTUS
Gambaran
Umum Abortus
Pengertian
Abortus
adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum
mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek
liewollyn&Jones, 2002).
Terdapat
beberapa macam kelainan dalam kehamilan dalam hal ini adalah abortus yaitu
abortus spontan, abortus buatan, dan terapeutik. Abortus spontan terjadi karena
kualitas sel telur dan sel sperma yang kurang baik untuk berkembang menjadi
sebuah janin. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja
sebelum usia kandungan 28 minggu.Pengguguran kandungan buatan karena indikasi
medik disebut abortus terapeutik (Prawirohardjo, S, 2002). Menariknya
pembahasan tentang abortus dikarenakan pemahaman di kalangan masyarakat masih merupakan
suatu tindakan yang masih dipandang sebelah mata. Oleh karena itu, pandangan
yang ada di dalam masyarakat tidak boleh sama dengan pandangan yang dimiliki
oleh tenaga kesehatan, dalam hal ini adalah perawat setelah membaca pokok
bahasan ini.
Angka kejadian abortus diperkirakan frekuensi dari abortus spontan berkisar 10-15%. Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% jika diperhitungkan banyak wanita mengalami kehamilan dengan usia sangat dini, terlambatnya menarche selama beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak mengetahui kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun, dengan demikian setiap tahun terdapat 500.000-750.000 janin yang mengalami abortus spontan.
Abortus terjadi pada usisa kehamilan kurang dari 8 minggu, janin dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 8–14 minggu villi koriales menembus desidua secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga banyak perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah pecah janin yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong dan kemudian plasenta (Prawirohardjo, S, 2002).
Angka kejadian abortus diperkirakan frekuensi dari abortus spontan berkisar 10-15%. Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% jika diperhitungkan banyak wanita mengalami kehamilan dengan usia sangat dini, terlambatnya menarche selama beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak mengetahui kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun, dengan demikian setiap tahun terdapat 500.000-750.000 janin yang mengalami abortus spontan.
Abortus terjadi pada usisa kehamilan kurang dari 8 minggu, janin dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 8–14 minggu villi koriales menembus desidua secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga banyak perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah pecah janin yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong dan kemudian plasenta (Prawirohardjo, S, 2002).
Peran
perawat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya abortus adalah dengan
memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Asuhan keperawatan yang tepat untuk
klien harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang
dapat terjadi seiring dengan kejadian abortus.
Klasifikasi
1. Abortus spontanea (abortus yang berlangsung tanpa tindakan)
Yaitu:
- Abortus imminens : Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
- Abortus insipiens : Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
- Abortus inkompletus : Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
- Abortus kompletus : Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)
Yaitu:
- Menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
Etiologi
Abortus
dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi,
biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang
menyebabkan kelainan ini adalah :
a. Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X
b. Lingkungan sekitar tempat impaltasi kurang sempurna
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan alcohol
a. Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X
b. Lingkungan sekitar tempat impaltasi kurang sempurna
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan alcohol
2. Kelainan pada plasenta, misalnya
endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun
3. Faktor maternal seperti pneumonia,
typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis.
4. Kelainan traktus genetalia, seperti
inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua), retroversi uteri,
mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Penyebab
dari segi Maternal
Penyebab secara umum:
- Infeksi akut
1. virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
2. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
3. Parasit, misalnya malaria.
- Infeksi kronis
1. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada
trimester kedua.
2. Tuberkulosis
paru
aktif.
3. Keracunan, misalnya keracunan
tembaga, timah, air raksa, dll.
4. Penyakit
kronis,
misalnya :
1. hipertensi
2. nephritis
3. diabetes
4. anemia
berat
5. penyakit jantung
6. toxemia
gravidarum
5. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
6. Trauma fisik.
- Penyebab yang bersifat lokal:
1. Fibroid, inkompetensia
serviks.
2. Radang
pelvis kronis, endometrtis.
3. Retroversi kronis.
4. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil,
sehingga menyebabkan hiperemia dan abortus
Penyebab
dari segi Janin
- Kematian janin akibat kelainan bawaan.
- Mola hidatidosa.
- Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.
Patofisiologi
Pada
awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda
asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing
tersebut.
Pada
kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara
dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai
14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan
sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu
janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam
bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas
bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta,
fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
Manifestasi
Klinis
1.
Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2.
Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan
kecil, suhu badan normal atau meningkat
3.
Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya
jaringan hasil konsepsi
4.
Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering
nyeri pingang akibat kontraksi uterus
5.
Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi Vulva : perdarahan
pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
b.Inspekulo : perdarahan dari cavum
uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar
dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka
atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus
sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang,
tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak
nyeri.
Komplikasi
1. Perdarahan, perforasi, syok dan
infeksi
2. Pada missed abortion dengan retensi
lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah
Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Kehamilan
Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah
abortus
2. Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk
menentukan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah
pada missed abortion
Diagnosa Banding
Kehamilan
etopik terganggu, mola hidatidosa, kemamilan dengan kelainan serviks. Abortion
imiteins perlu dibedakan dengan perdarahan implantasi yang biasanya sedikit,
berwarna merah, cepat terhenti, dan tidak disertai mules-mules.
Penatalaksanaan
Abortus
dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu :
v Abortus spontaneus
Yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, tetapi karena faktor alamiah. Aspek klinis abortus spontaneus meliputi :
Yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, tetapi karena faktor alamiah. Aspek klinis abortus spontaneus meliputi :
1. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari
uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam
uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens
ditentukan apabila terjadi perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan.
Yang pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai
beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa
di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah
yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau
nyeri tumpul di garis tengah suprapubis. Kadang-kadang terjadi perdarahan
ringan selama beberapa minggu. Dalam hal ini perlu diputuskan apakah kehamilan
dapat dilanjutkan.
Sonografi vagina,pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin korionik (hCG) serum, dan kadar progesteron serum, yang diperiksa tersendiri atau dalam berbagai kombinasi, untuk memastikan apakah terdapat janin hidup intrauterus. Dapat juga digunakan tekhnik pencitraan colour and pulsed Doppler flow per vaginam dalam mengidentifikasi gestasi intrauterus hidup. Setelah konseptus meninggal, uterus harus dikosongkan. Semua jaringan yang keluar harus diperiksa untuk menentukan apakah abortusnya telah lengkap. Kecuali apabila janin dan plasenta dapat didentifikasi secara pasti, mungkin diperlukan kuretase. Ulhasonografi abdomen atau probe vagina Dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan ini. Apabila di dalam rongga uterus terdapat jaringan dalam jumlah signifikan, maka dianjurkan dilakukan kuretase.
Sonografi vagina,pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin korionik (hCG) serum, dan kadar progesteron serum, yang diperiksa tersendiri atau dalam berbagai kombinasi, untuk memastikan apakah terdapat janin hidup intrauterus. Dapat juga digunakan tekhnik pencitraan colour and pulsed Doppler flow per vaginam dalam mengidentifikasi gestasi intrauterus hidup. Setelah konseptus meninggal, uterus harus dikosongkan. Semua jaringan yang keluar harus diperiksa untuk menentukan apakah abortusnya telah lengkap. Kecuali apabila janin dan plasenta dapat didentifikasi secara pasti, mungkin diperlukan kuretase. Ulhasonografi abdomen atau probe vagina Dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan ini. Apabila di dalam rongga uterus terdapat jaringan dalam jumlah signifikan, maka dianjurkan dilakukan kuretase.
Penanganan
abortus imminens meliputi :
ü Istirahat baring. Tidur berbaring
merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini menyebabkan
bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
ü Terapi hormon progesteron
intramuskular atau dengan berbagai zat progestasional sintetik peroral atau
secara intramuskular.Walaupun bukti efektivitasnya tidak diketahui secara
pasti.
ü Pemeriksaan ultrasonografi untuk
menentukan apaka}r janin masih hidup.
2. Abortus Insipiens
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat
tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi
lebih sering dan kual perdarahan bertambah. Pengeluaran hasil konsepsi dapat
dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan.
Penanganan Abortus Insipiens meliputi :
1) Jika usia kehamilan kurang 16
minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi vakum manual. Jika evaluasi
tidak dapat, segera lakukan:
ü Berikan ergomefiin 0,2 mg
intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400
mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).
ü Segera lakukan persiapan untuk
pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
2) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu
:
ü Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi
lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
ü Jika perlu, lakukan infus 20 unit
oksitosin dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau larutan ringer
laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil
konsepsi.
3) Pastikan untuk tetap memantau
kondisi ibu setelah penanganan
3. Abortus lnkompletus
Abortus Inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil
konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal
dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di uterus,
cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus
inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang
sedemikian masif sehingga menyebabkan hipovolemia berat.
Penanganan
abortus inkomplit :
1) Jika perdarahant idak seberapab
anyak dan kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital
atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui
serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskulera taum
iso prostol4 00 mcg per oral.
2) Jika perdarahanb anyak atau terus
berlangsungd an usia kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan
:
ü Aspirasi vakum manual merupakan
metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya
dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
ü Jika evakuasi belum dapat dilakukan
segera beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila
perlu) atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila
perlu).
3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
ü Berikan infus oksitosin 20 unit
dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau ringer laktat) dengan k
ecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
ü Jika perlu berikan misoprostol 200
mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal
800 mcg)
ü Evaluasi sisa hasil konsepsi yang
tertinggal dalam uterus.
4) Pastikan untuk tetap memantau
kondisi ibu setelah penanganan.
4. Abortus Kompletus
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah
dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah
menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila
hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar
dengan lengkap.
Penderita dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya apabila penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas ferrosus 600 mg perhari atau jika anemia berat maka perlu diberikan transfusi darah.
Penderita dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya apabila penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas ferrosus 600 mg perhari atau jika anemia berat maka perlu diberikan transfusi darah.
5. Abortus Servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus
dihalangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya
terkumpul dalam kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang
lebih bundar, dengan dinding menipis. Padap emeriksaand itemukan serviks
membesar dan di atas ostium uteri eksternum teraba jaringan. Terapi terdiri
atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil
konsepsi dari kanalis servikalis.
6.
Missed Abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20
minggu, tetapi janin yang telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau
lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone
progesterone. Pemakaian Hormone progesterone pada abortus imminens mungkin juga
dapat menyebabkan missed abortion.
Diagnosis
Missed abortion biasanya didahului oleh tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang secara spontan atau setelah pengobatan. Gejala subyektif kehamilan menghilang, mamma agak mengendor lagi, uterus tidak membesar lagi malah mengecil, tes kehamilan menjadi negatif. Dengan ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan besamya sesuai dengan usia kehamilan. Perlu diketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang disertai oleh gangguan pembekuan darah karena hipofibrinogenemia, sehingga pemeriksaan ke arah ini perlu dilakukan.
Missed abortion biasanya didahului oleh tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang secara spontan atau setelah pengobatan. Gejala subyektif kehamilan menghilang, mamma agak mengendor lagi, uterus tidak membesar lagi malah mengecil, tes kehamilan menjadi negatif. Dengan ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan besamya sesuai dengan usia kehamilan. Perlu diketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang disertai oleh gangguan pembekuan darah karena hipofibrinogenemia, sehingga pemeriksaan ke arah ini perlu dilakukan.
Penanganan
Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil konsepsi perlu segera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung dari berbagai faktor, seperti apakah kadar fibrinogen dalam darah sudatr mulai turun. Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang mati lebih dari I bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu diperhatikan karena tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia mengandung janin yang telah mati, dan ingin supaya janin secepatnya dikeluarkan.
Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil konsepsi perlu segera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung dari berbagai faktor, seperti apakah kadar fibrinogen dalam darah sudatr mulai turun. Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang mati lebih dari I bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu diperhatikan karena tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia mengandung janin yang telah mati, dan ingin supaya janin secepatnya dikeluarkan.
7. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.
Konsep
Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Abortus
Proses
keperawatan adalah metode kerja dalam pemberian pelayanan keperawatan untuk
menganalisa masalah pasien secara sistematis, menentukan cara pemecahannya,
melakukan tindakan dan mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan.
Proses
keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan,
merencanakan danmelaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien
untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan
keperawatan tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling
berkaitan dan dinamis.
Pengkajian
Pengkajian
adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya
sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.
Adapun hal-hal yang perlu dikaji
adalah :
Ø Biodata
: mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama,
suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat
Ø Keluhan utama
: Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang
Ø Riwayat kesehatan
, yang terdiri atas :
1) Riwayat
kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau
pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid,
pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
2) Riwayat
kesehatan masa lalu
Ø Riwayat pembedahan
: Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan ,
kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
Ø Riwayat penyakit yang
pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah
dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah
ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.
Ø Riwayat kesehatan
keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram
dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan
penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
Ø Riwayat kesehatan
reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus
menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe
serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
Ø Riwayat kehamilan ,
persalinan dan nifas : Kaji bagaimana
keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana
keadaan kesehatan anaknya.
Ø Riwayat seksual
: Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta
keluahn yang menyertainya.
Ø Riwayat pemakaian obat :
Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis
obat lainnya.
Ø Pola aktivitas sehari-hari
: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK),
istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
Pemeriksaan
fisik, meliputi :
Inspeksi
adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada
penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.
Hal
yang diinspeksi antara lain :
mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna,
laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan
kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas,
adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
Palpasi adalah
menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
ü
Sentuhan :
merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur
kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
ü
Tekanan :
menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau
mencubit kulit untuk mengamati turgor.
ü
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang
abnormal
Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung
pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau
jaringan yang ada dibawahnya.
ü
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
ü
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan
pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding
perut atau tidak
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan
stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar
: mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi
jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.
(Johnson & Taylor, 2005 : 39)
Pemeriksaan laboratorium :
ü
Darah
dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear.
ü
Keluarga
berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju,
apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
Data
lain-lain :
ü
Kaji
mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat di
RS.Data psikososial.
ü
Kaji
orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam keluarga, hal yang
menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang digunakan.
ü
Status
sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien
ü
Data
spiritual : Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan
keagamaan yang biasa dilakukan.
Diagnosa Keperwatan (Menurut Carpenito, 2000)
1. Devisit Volume Cairan s.d perdarahan
2. Gangguan Aktivitas s.d kelemahan,
penurunan sirkulasi
3. Gangguan rasa nyaman: Nyeri s.d
kerusakan jaringan intrauteri
4. Resiko tinggi Infeksi s.d
perdarahan, kondisi vulva lembab
5. Cemas s.d kurang pengetahuan
Intervensi Keperwatan (Menurut Carpenito, 2000)
1. Devisit Volume Cairan s.d Perdarahan
Tujuan :
Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
Intervensi :
Tujuan :
Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
Intervensi :
1) Kaji kondisi status hemodinamika
Rasional : Pengeluaran cairan
pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik bervariasi
2) Ukur pengeluaran harian
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian
ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal
3) Berikan sejumlah cairan pengganti
harian
Rasional : Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan massif
Rasional : Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan massif
4) Evaluasi status hemodinamika
Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik
Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik
2. Gangguan Aktivitas s.d kelemahan,
penurunan sirkulasi
Tujuan :
Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Intervensi :
Tujuan :
Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Intervensi :
1) Kaji tingkat kemampuan klien untuk
beraktivitas
Rasional : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk
Rasional : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk
2) Kaji pengaruh aktivitas terhadap
kondisi uterus/kandungan
Rasional : Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi
Rasional : Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi
3) Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan
aktivitas sehari-hari
Rasional : Mengistiratkan klilen secara optimal
Rasional : Mengistiratkan klilen secara optimal
4) Bantu klien untuk melakukan tindakan
sesuai dengan kemampuan/kondisi klien
Rasional : Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat diperlukan
Rasional : Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat diperlukan
5) Evaluasi perkembangan kemampuan
klien melakukan aktivitas
Rsional : Menilai kondisi umum klien
Rsional : Menilai kondisi umum klien
3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri s.d
Kerusakan jaringan intrauteri
Tujuan :
Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Intervensi :
Tujuan :
Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Intervensi :
1) Kaji kondisi nyeri yang dialami
klien
Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun dsekripsi.
Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun dsekripsi.
2) Terangkan nyeri yang diderita klien
dan penyebabnya
Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri
Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri
3) Kolaborasi pemberian analgetika
Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik
Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik
4. Resiko tinggi Infeksi s.d
perdarahan, kondisi vulva lembab
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
Intervensi :
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
Intervensi :
1) Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar
; jumlah, warna, dan bau
Rasional : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat
dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin
merupakan tanda infeksi
2) Terangkan pada klien pentingnya
perawatan vulva selama masa perdarahan
Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar
Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar
3) Lakukan pemeriksaan biakan pada
dischart
Rasional : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart
Rasional : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart
4) Lakukan perawatan vulva
Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi.
Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi.
5) Terangkan pada klien cara
mengidentifikasi tanda inveksi
Rasional : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda
nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala
infeksi
6) Anjurkan pada suami untuk tidak
melakukan hubungan senggama se;ama masa perdarahan
Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk
kebaikan ibu; senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi
system reproduksi ibu dan sekaligus meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.
5. Cemas s.d kurang pengetahuan
Tujuan :
Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit meningkat
Tujuan :
Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit meningkat
Intervensi
:
1) Kaji tingkat pengetahuan/persepsi
klien dan keluarga terhadap penyakit
Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas
Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas
2) Kaji derajat kecemasan yang dialami
klien
Rasional : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian objektif klien tentang penyakit
Rasional : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian objektif klien tentang penyakit
3) Bantu klien mengidentifikasi
penyebab kecemasan
Rasional : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien
Rasional : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien
4) Asistensi klien menentukan tujuan
perawatan bersama
Rasional : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi menurunkan kecemasan
Rasional : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi menurunkan kecemasan
5) Terangkan hal-hal seputar aborsi
yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga
Rasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.
Rasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito,
Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
Hamilton, C.
Mary, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC, Jakarta
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita
Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius.
Jakarta