KELAINAN SENDI DEGENERATIF
A. Pengertian
Osteoartritis yang dikenal sebagai
penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi )
merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan
ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087)
Osteoartritis merupakan golongan
rematik sebagai penyebab kecacatan yang menduduki urutan pertama dan akan
meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui pada usia di
bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor
umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994,
Solomon, 1997).
Sedangkan menurut Harry Isbagio &
A. Zainal Efendi (1995) osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi
yang mengenai sendi yang dapat digerakkan, terutama sendi penumpu badan, dengan
gambaran patologis yang karakteristik berupa buruknya tulang rawan sendi serta
terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang yang
membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia, metabolisme,
fisiologis dan patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan
subkondrial dan jaringan tulang yang membentuk persendian.( R. Boedhi Darmojo
& Martono Hadi ,1999)
B. KLASIFIKASI
Osteoartritis
diklasifikasikan menjadi :
- Tipe primer ( idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan osteoartritis
- Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur
(Long, C Barbara, 1996 hal 336)
C. Penyebab
Beberapa penyebab dan faktor
predisposisi adalah sebagai berikut:
1.
Umur
Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan
bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya
berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
2.
Pengausan (wear and tear)
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan
sendi melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan
yang harus dikandungnya.
3.
Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan,
sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan
seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan.
4.
Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma
yang menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi
tersebut.
5.
Keturunan
Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang
biasanya ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis,
sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena.
6.
Akibat penyakit radang sendi
lain
Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis)
menimbulkan reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan
sendi oleh membran sinovial dan sel-sel
radang.
7.
Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi
akan membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang sehingga
mempercepat proses degenerasi.
8.
Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam
proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak
sifat fisik rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit.
Pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi
proteaglikan menurun.
9.
Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat
mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal
monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi.
D. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif
merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang, dan progresif lambat, yang
seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan
degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan
oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan unsur penting rawan sendi.
Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran
enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk
matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan.
Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat
badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal
dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa
kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya
rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang
digunakannya sendi tersebut.
Perubahan-perubahan degeneratif
yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi
infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan
menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik
sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme
sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan
kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang
menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus.
( Soeparman ,1995)
A. Gambaran Klinis
- Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan
bertambah apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.
- Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya akan berlangsung 15 – 30 menit dan timbul
setelah istirahat atau saat memulai kegiatan fisik.
- Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan
cairan dalam ruang sendi akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai
sendi yang semua ini akan menimbulkan rasa nyeri.
- Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan
aktivitas lama dan akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya
dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat.
Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi
dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di
lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas.
Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal
ini belum dapat diketahui penyebabnya.
- Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena
pengumpulan cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya
pemerahan.
- Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
- Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk
sendi.
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Foto Rontgent menunjukkan
penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai penyempitan rongga sendi
-
Serologi dan cairan sinovial
dalam batas normal
C. PENATALAKSANAAN
a.
Tindakan preventif
-
Penurunan berat badan
-
Pencegahan cedera
-
Screening sendi paha
-
Pendekatan ergonomik untuk
memodifikasi stres akibat kerja
b.Farmakologi : obat NSAID bila nyeri muncul
- Terapi konservatif ; kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat- alat ortotik untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi
- Irigasi tidal ( pembasuhan debris dari rongga sendi), debridemen artroscopik,
- Pembedahan; artroplasti
H. Pengkajian
1.
Aktivitas/Istirahat
-
Nyeri sendi karena gerakan,
nyeri tekan memburuk dengan stress pada sendi, kekakuan pada pagi hari,
biasanya terjadi secara bilateral dan simetris limitimasi fungsional yang berpengaruh
pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan, malaise.
Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit:
kontraktor/kelainan pada sendi dan otot.
2.
Kardiovaskuler
-
Fenomena Raynaud dari tangan
(misalnya pucat litermiten, sianosis kemudian kemerahan pada jari sebelum warna
kembali normal.
3.
Integritas Ego
-
Faktor-faktor stress
akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor
hubungan.
-
Keputusasaan dan
ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).
-
Ancaman pada konsep diri, gambaran
tubuh, identitas pribadi, misalnya ketergantungan pada orang lain.
4.
Makanan / Cairan
-
Ketidakmampuan untuk
menghasilkan atau mengkonsumsi makanan atau cairan adekuat mual, anoreksia.
-
Kesulitan untuk mengunyah,
penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa.
5.
Hygiene
-
Berbagai kesulitan untuk
melaksanakan aktivitas perawatan diri, ketergantungan pada orang lain.
6.
Neurosensori
-
Kesemutan pada tangan dan kaki,
pembengkakan sendi
7.
Nyeri/kenyamanan
-
Fase akut nyeri (kemungkinan
tidak disertai dengan pembengkakan jaringan lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis
dan kekakuan (terutama pagi hari).
8.
Keamanan
-
Kulit mengkilat, tegang, nodul
sub mitaneus
-
Lesi kulit, ulkas kaki
-
Kesulitan dalam menangani
tugas/pemeliharaan rumah tangga
-
Demam ringan menetap
-
Kekeringan pada mata dan
membran mukosa
9.
Interaksi Sosial
-
Kerusakan interaksi dengan
keluarga atau orang lain, perubahan peran: isolasi.
10.
Penyuluhan/Pembelajaran
-
Riwayat rematik pada keluarga
-
Penggunaan makanan kesehatan,
vitamin, penyembuhan penyakit tanpa pengujian
-
Riwayat perikarditis, lesi tepi
katup. Fibrosis pulmonal, pkeuritis.
11.
Pemeriksaan Diagnostik
-
Reaksi aglutinasi: positif
-
LED meningkat pesat
-
protein C reaktif : positif
pada masa inkubasi.
-
SDP: meningkat pada proses
inflamasi
-
JDL: Menunjukkan ancaman sedang
-
Ig (Igm & Ig G) peningkatan
besar menunjukkan proses autoimun
-
RO: menunjukkan pembengkakan
jaringan lunak, erosi sendi, osteoporosis pada tulang yang berdekatan, formasi
kista tulang, penyempitan ruang sendi.
I. DIAGNOSA YANG MUNGKIN TIMBUL DAN INTERVENSINYA
a.
Nyeri akut/kronis berhubungan
dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi
sendi.
Intervensi:
-
Kaji keluhan nyeri; catat
lokasi dan intensitas nyeri (skala 0 – 10). Catat faktor-faktor yang
mempercepat dan tanda-tanda rasa nyeri non verbal
-
Beri matras/kasur keras, bantal
kecil. Tinggikan tempat tidur sesuai kebutuhan saat klien beristirahat/tidur.
-
Bantu klien mengambil posisi
yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatan istirahat di tempat
tidur sesuai indikasi.
-
Pantau penggunaan bantal.
-
Dorong klien untuk sering
mengubah posisi.
-
Bantu klien untuk mandi hangat
pada waktu bangun tidur.
-
Bantu klien untuk mengompres
hangat pada sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari.
-
Pantau suhu kompres.
-
Berikan masase yang lembut.
-
Dorong penggunaan teknik
manajemen stress misalnya relaksasi progresif sentuhan terapeutik bio feedback,
visualisasi, pedoman imajinasi hipnotis diri dan pengendalian nafas.
-
Libatkan dalam aktivitas
hiburan yang sesuai untuk situasi individu.
-
Beri obat sebelum
aktivitas/latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.
-
Bantu klien dengan terapi
fisik.
Hasil yang diharapkan/Kriteria evaluasi
-
Menunjukkan nyeri berkurang
atau terkontrol
-
Terlihat rileks, dapat
istirahat, tidur dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.
-
Mengikuti program terapi.
-
Menggunakan keterampilan
relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.
b.
Kerusakan Mobilitas Fisik
Berhubungan dengan :
-
Deformitas skeletal
-
Nyeri, ketidaknyamanan
-
Penurunan kekuatan otot
Intervensi:
-
Pantau tingkat inflamasi/rasa sakit
pada sendi
-
Pertahankan tirah baring/duduk jika
diperlukan
-
Jadwal aktivitas untuk memberikan
periode istirahat yang terus-menerus dan tidur malam hari tidak terganggu.
-
Bantu klien dengan rentang gerak
aktif/pasif dan latihan resistif dan isometric jika memungkinkan
-
Dorongkan untuk mempertahankan
posisi tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan berjalan.
-
Berikan lingkungan yang aman,
misalnya menaikkan kursi/kloset, menggunakan pegangan tinggi dan bak dan toilet,
penggunaan alat bantu mobilitas/kursi roda penyelamat
-
Kolaborasi ahli terapi
fisik/okupasi dan spesialis vasional.
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi
-
Mempertahankan fungsi posisi dengan
tidak hadirnya/pembatasan kontraktor
-
Mempertahankan ataupun meningkatkan
kekuatan dan fungsi dari kompensasi bagian tubuh
-
Mendemonstrasikan teknik/perilaku
yang memungkinkan melakukan aktivitas.
c.
Gangguan Citra Tubuh/Perubahan
Penampilan Peran berhubungan dengan:
-
Perubahan kemampuan melakukan
tugas-tugas umum
-
Peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas.
Intervensi:
-
Dorong klien mengungkapkan
mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan.
-
Diskusikan dari arti
kehilangan/perubahan pada seseorang. Memastikan bagaimana pandangan pribadi klien
dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari termasuk aspek-aspek seksual
-
Akui dan terima perasaan
berduka, bermusuhan, ketergantungan
-
Perhatikan perilaku menarik
diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan tubuh/perubahan.
-
Susun batasan pada perilaku
maladaptif, bantu klien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat
membantu koping.
-
Bantu kebutuhan perawatan yang
diperlukan klien.
-
Ikutsertakan klien dalam
merencanakan dan membuat jadwal aktivitas.
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi:
-
Mengungkapkan peningkatan rasa
percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya
hidup dan kemungkinan keterbatasan.
-
Menyusun tujuan atau rencana
realistis untuk masa mendatang.
d.
Kurang Perawatan Diri
berhubungan dengan Kerusakan Auskuloskeletal: Penurunan Kekuatan, Daya tahan,
nyeri pada waktu bergerak, Depresi.
Intervensi:
-
Diskusikan tingkat fungsi umum; sebelum timbul eksaserbasi
penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.
-
Pertahankan mobilitas, kontrol
terhadap nyeri dan program latihan.
-
Kaji hambatan terhadap
partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi rencana untuk memodifikasi
lingkungan.
-
Kolaborasi untuk mencapai
terapi okupasi.
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi:
-
Melaksanakan aktivitas perawatan
diri pada tingkat yang konsisten pada kemampuan klien.
-
Mendemonstrasikan perubahan
teknik/gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
-
Mengidentifikasikan
sumber-sumber pribadi/komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan.
e.
Resiko Tinggi terhadap Kerusakan
Penatalaksanaan Lingkungan berhubungan dengan :
-
Proses penyakit degeneratif
jangka panjang.
-
Sistem pendukung tidak adekuat.
Intervensi:
-
Kaji tingkat fungsi fisik
-
Evaluasi lingkungan untuk
mengkaji kemampuan dalam perawatan untuk diri sendiri.
-
Tentukan sumber-sumber
finansial untuk memenuhi kebutuhan situasi individual.
-
Identifikasi untuk peralatan
yang diperlukan misal alat bantu mobilisasi.
Hasil yang Diharapkan/Kriteria Evaluasi :
-
Mempertahankan keamanan
lingkungan yang meningkatkan perkembangan.
-
Mendemonstrasikan penggunaan
sumber-sumber yang efektif dan tepat.
f.
Kurang Pengetahuan (Kebutuhan
Belajar) Mengenai Penyakit, Prognosis dan Kebutuhan Perawatan dan Pengobatan
berhubungan dengan:
-
Kurangnya pemahaman/mengingat
kesalahan interpretasi informasi.
Intervensi :
-
Tinjau proses penyakit,
prognosis dan harapan masa depan
-
Diskusikan kebiasaan pasien
dalam melaksanakan proses sakit melalui diet, obat-obatan dan program diet
seimbang, latihan dan istirahat.
-
Bantu dalam merencanakan jadwal
aktivitas terintegrasi yang realistis, istirahat, perawatan diri, pemberian
obat-obatan, terapi fisik, dan manajemen stress.
-
Tekankan pentingnya melanjutkan
manajemen farmakologi terapi.
-
Identifikasi efek samping obat.
-
Diskusikan teknik menghemat
energi.
-
Berikan informasi tentang alat
bantu misalnya tongkat, tempat duduk, dan palang keamanan.
-
Dorong klien untuk
mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada saat istirahat maupun pada
saat melakukan aktivitas.
-
Diskusikan pentingnya
pemeriksaan lanjutan misalnya LED, kadar salisilat, PT.
-
Beri konseling sesuai dengan
prioritas kebutuhan klien.
Hasil yang diharapkan/Kriteria Evaluasi:
-
Menunjukkan pemahaman tentang
kondisi/pragnosis dan perawatan.
-
Mengembangkan rencana untuk
perawatan diri termasuk modifikasi gaya hidup
yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.
DAFTAR PUSTAKA
Long C Barbara, Perawatan Medikal
Bedah (Suatu pendekatan proses Keperawatan), Yayasan Ikatan alumni
Pendidikan Keperawatan Pajajaran, Bandung, 1996
Smeltzer
C. Suzannne, (2002 ), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih
Bahasa Andry Hartono, dkk., Jakarta, EGC.
Doenges,
EM. (2000 ), Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih Bahasa I Made Kariasa, dkk. (2001),
Jakarta, EGC.
Price,
S.A. R. Wilson CL (1991), Pathophisiology
Clinical Concept of Disease Process, Alih Bahasa Adji Dharma (1995), Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses
Penyakit, Jakarta, EGC.
Depkes,
RI (1995), Penerapan Proses Keperawatan
pada Klien dengan Gangguan Sistem Maskuloskeletal, Jakarta, Pusdiknakes.
R.
Boedhi Darmojo & Martono Hadi (1999), Geriatri
Ilmu Kesehatan Usia Lanjut, Jakarta, Balai Penerbit FK Universitas
Indonesia.
Soeparman (1995), Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Kedua, Jakarta, Balai Penerbit FKUI.