Selasa, 27 September 2011

ASKEP Anak dengan Ensefalitis

Pengertian Ensefalitis
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikro organisme lain yang non purulent.
Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganisme (Hassan, 1997). Pada ensefalitis terjadi peradangan jaringan otak yang dapat mengenai selaput pembungkus otak dan medula spinalis.
Patogenesis Ensefalitis
Virus masuk tubuh pasien melalui kulit, saluran nafas dan saluran cerna, setelah masuk ke dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:
1.  Setempat: virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ tertentu.
2.  Penyebaran hematogen primer: virus masuk ke dalam darah. Kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.
3.  Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di permukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf.
Masa Prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremintas dan pucat .
Gejala lain berupa gelisah, iritabel, perubahan perilaku, gangguan kesadaran, kejang.
Kadang-kadang disertai tanda Neurologis tokal berupa Afasia, Hemifaresis, Hemiplegia, Ataksia, Paralisis syaraf otak.
Penyebab   Ensefalitis
Penyebab terbanyak    : adalah virus
Sering  :
- Herpes simplex
- Arbo virus
Jarang :
- Entero virus
- Mumps
- Adeno virus
Post Infeksi :
- Measles
- Influenza
- Varisella
Post Vaksinasi : – Pertusis
Ensefalitis supuratif akut :
Bakteri penyebab Esenfalitis adalah : Staphylococcusaureus, Streptokok, E.Coli, Mycobacterium dan T. Pallidum.
Ensefalitis virus:
Virus yang menimbulkan adalah virus R N A (Virus Parotitis) virus morbili, virus rabies, virus rubella,virus denque,virus polio, cockscakie A,B, Herpes Zoster, varisela, Herpes simpleks, variola.
Gejala-Gejala Ensefalitis
-  Panas badan meningkat ,photo fobi,sakit kepala ,muntah-muntah lethargy ,kadang disertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen.
-   Anak tampak gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku. Dapat disertai gangguan penglihatan, pendengaran , bicara dan kejang.
Pengkajian Keperawatan
1.  Identitas
Ensefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur.
2.  Keluhan utama
Panas badan meningkat, kejang, kesadaran menurun.
3.  Riwayat penyakit sekarang
Mula-mula anak rewel , gelisah , muntah-muntah , panas badan meningkat kurang lebih 1-4 hari , sakit kepala.
4.  Riwayat penyakit dahulu
Klien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung, telinga dan tenggorokan.
5.  Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh : Herpes dll. Bakteri contoh : Staphylococcus Aureus, Streptococcus , E , Coli, dll.
6.  Imunisasi
Kapan terakhir diberi imunisasi DTP
Karena ensefalitis dapat terjadi post imunisasi pertusis.
-  Pertumbuhan dan Perkembangan
Pola-Pola Fungsi Kesehatan
Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Kebiasaan
sumber air yang dipergunakan dari PAM atau sumur , kebiasaan buang air besar di WC, lingkungan penduduk yang berdesakan (daerah kumuh)
Status Ekonomi
Biasanya menyerang klien dengan status ekonomi rendah.
Pola Nutrisi dan Metabolisme
Menyepelekan anak yang sakit ,tanpa pengobatan yang semPemenuhan Nutrisi
Biasanya klien dengan gizi kurang asupan makana dan cairan dalam jumlah kurang dari kebutuhan tubuh.,
Pada pasien dengan Ensefalitis biasanya ditandai
Dengan adanya mual, muntah, kepalah pusing, kelelahan.
Status Gizi yang berhubungan dengan keadaan tubuh.
Postur tubuh biasanya kurus ,rambut merah karena kekurangan vitamin A, berat badan kurang dari normal.
Menurut rumus dari Beharman tahun 1992, umur 1  sampai 6 tahun
Umur (dalam tahun) x 2 + 8
Tinggi badan menurut Beharman umur 4 sampai 2 x tinggi badan lahir.
Perkembangan badan biasanya kurang karena asupan makanan yang bergizi kurang.
Pengetahuan tentang nutrisi  biasanya pada orang tua anak yang kurang  pengetahuan tentang nutrisi.
Yang dikatakan gizi kurang bila berat badan kurang dari 70% berat badan normal.
Pola Eliminasi
Kebiasaan Defekasi sehari-hari
Biasanya pada pasien Ensefalitis karena pasien tidak dapat melakukan mobilisasi maka dapat terjadi obstipasi.
Kebiasaan Miksi sehari-hari
Biasanya pada pasien Ensefalitis kebiasaan mictie normal frekuensi normal.
Jika kebutuhan cairan terpenuhi.
Jika terjadi gangguan kebutuhan cairan maka produksi urine akan menurun, konsentrasi urine pekat.
Pola tidur dan istirahat
Biasanya pola tidur dan istirahat pada pasien Ensefalitis biasanya tidak dapat dievaluasi karena pasien sering mengalami apatis sampai koma.
Pola Aktivitas
a.   Aktivitas sehari-hari : klien biasanya terjadi gangguan karena bx Ensefalitis dengan gizi buruk mengalami kelemahan.
b.   Kebutuhan gerak dan latihan : bila terjadi kelemahan maka latihan gerak dilakukan latihan positif.
Upaya pergerakan sendi : bila terjadi atropi otot pada px gizi buruk maka dilakukan latihan pasif sesuai ROM
Kekuatan otot berkurang karena px Ensefalitisdengan gizi buruk .
Kesulitan yang dihadapi bila terjadi komplikasi ke jantung ,ginjal ,mudah terkena infeksi ane
berat,aktifitas togosit turun ,Hb turun ,punurunan kadar albumin serum, gangguan pertumbuhan.
Pola Hubungan Dengan Peran
Interaksi dengan keluarga / orang lain  biasanya pada klien dengan Ensefalitis kurang karena kesadaran klien menurun mulai dari apatis sampai koma.
Pola Persepsi dan pola diri
Pada klien Ensenfalitis umur > 4 ,pada persepsi dan konsep diri
Yang meliputi Body Image ,seef Esteem ,identitas deffusion deper somalisasi belum bisa menunjukkan perubahan.
Pola sensori dan kuanitif
a.   Sensori
-          Daya penciuman
-          Daya  rasa
-          Daya raba
-          Daya penglihatan
-          Daya pendengaran.
b.   Kognitif :
Pola Reproduksi Seksual
Bila anak laki-laki apakah testis sudah turun, fimosis tidak ada.
Pola penanggulangan Stress
Pada pasien Ensefalitis karena terjadi gangguan kesadaran  :
-  Stress fisiologi à biasanya anak hanya dapat mengeluarkan air mata saja ,tidak bisa menangis dengan keras (rewel) karena terjadi afasia.
-          Stress Psikologi tidak di evaluasi.
Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Anak umur 3-4 tahun belum bisa dikaji
Pemeriksaan Laboratorium / Pemeriksaan Penunjang
Gambaran cairan serebrospinal dapat dipertimbangkan meskipun tidak begitu membantu. Biasanya berwarna jernih ,jumlah sel 50-200 dengan dominasi limfasit. Kadar protein kadang-kadang meningkat, sedangkan glukosa masih dalam batas normal.
Gambaran EEG memperlihatkan proses inflamasi difus (aktifitas lambat bilateral).Bila terdapat tanda klinis flokal yang ditunjang dengan gambaran EEG atau CT scan dapat dilakukan biopal otak di daerah yang bersangkutan. Bila tidak ada tanda klinis flokal, biopsy dapat dilakukan pada daerah lobus temporalis yang biasanya menjadi predileksi virus Herpes Simplex.
Patofisiologi Ensefalitis
ensefalitis
Diagnosa Keperawatan Ensefalitis
1.         Resiko tinggi infeksi b/d daya tahan terhadap infeksi turun.
2.         Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan b/d Hepofalemia, anemia.
3.         Resiko tinggi terhadap trauma b/d aktivitas kejang umu.
4.         Nyeri b/d adanya proses infeksi yang ditandai dengan anak menangis, gelisah.
5.         Gangguan mobilitas b/d penurunan kekuatan otot yang ditandai dengan ROM terbatas.
6.         Gangguan asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah.
7.         Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan susunan saraf pusat.
8.         Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan sakit kepala mual.
9.         Resiko gangguan integritas kulit b/d daya pertahanan tubuh terhadap infeksi turun.
10.     Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.
Diagnosa  Keperawatan  I
Resiko tinggi infeksi b/d daya tahan tubuh terhadap infeksi turun
Tujuan:
-  tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil:
-  Masa penyembuhan tepat waktu tanpa bukti penyebaran infeksi endogen
Intervensi
1.      Pertahanan teknik aseptic dan teknik cuci tangan yang tepat baik petugas atau pengunjung. Pantau dan batasi pengunjung.
R/. menurunkan resiko px terkena infeksi sekunder . mengontrol penyebaran Sumber infeksi, mencegah pemajaran pada individu yang mengalami nfeksi saluran nafas atas.
2.      Abs. suhu secara teratur dan tanda-tanda klinis dari infeksi.
R/. Deteksi dini tanda-tanda infeksi merupakan indikasi perkembangan Meningkosamia .
3.      Berikan antibiotika sesuai indikasi
R/. Obat yang dipilih tergantung tipe infeksi dan sensitivitas individu.
Diagnosa Keperawatan II
Resiko tinggi terhadap trauma b/d aktivitas kejang umum
Tujuan :
-          Tidak terjadi trauma
Kriteria hasil    :
-          Tidak mengalami kejang / penyerta cedera lain
Intervensi :
1.   Berikan pengamanan pada pasien dengan memberi bantalan,penghalang tempat tidur tetapn terpasang dan berikan pengganjal pada mulut, jalan nafas tetap bebas.
R/. Melindungi px jika terjadi kejang , pengganjal mulut agak lidah tidak tergigit.
Catatan: memasukkan pengganjal mulut hanya saat mulut relaksasi.
2.      Pertahankan tirah baring dalam fase akut.
R/. Menurunkan resiko terjatuh / trauma saat terjadi vertigo.
3.      Kolaborasi.
Berikan obat sesuai indikasi seperti delantin, valum dsb.
R/. Merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan kejang.
4.      Abservasi tanda-tanda vital
R/. Deteksi diri terjadi kejang agak dapat dilakukan tindakan lanjutan.
Diagnosa Keperawatan  III
Resiko terjadi kontraktur b/d kejang spastik berulang
Tujuan             :
-          Tidak terjadi kontraktur
Ktiteria hasil    :
-          Tidak terjadi kekakuan sendi
-          Dapat menggerakkan anggota tubuh
Intervensi
1.      Berikan penjelasan pada ibu klien tentang penyebab terjadinya spastik , terjadi kekacauan sendi.
R/ . Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mengerti dan mau membantu program perawatan .
2.      Lakukan latihan pasif mulai ujung ruas jari secara bertahap
R/    Melatih melemaskan otot-otot, mencegah kontraktor.
3.      Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam
R/    Dengan melakukan perubahan posisi diharapkan perfusi ke jaringan lancar, meningkatkan daya pertahanan tubuh .
4.      Observasi gejala kardinal setiap 3 jam
R/   Dengan melakukan observasi dapat melakukan deteksi dini bila ada kelainan dapat dilakukan intervensi segera
5.      Kolaborasi untuk pemberian pengobatan spastik dilantin / valium sesuai indikasi
R/   Diberi dilantin / valium , bila terjadi kejang  spastik ulang
Daftar Pustaka
Laboratorium UPF Ilmu Kesehatan Anak, Pedoman Diagnosis dan Terapi, Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya, 1998
Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1997.
Rahman M, Petunjuk Tentang Penyakit, Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium, Kelompok Minat Penulisan Ilmiah Kedokteran Salemba, Jakarta, 1986.
Sacharian, Rosa M, Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2 Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta ,1993.
Sutjinigsih (1995), Tumbuh kembang Anak, Penerbit EGC, Jakarta.