PENGKAJIAN
SISTEM PERNAPASAN
RIWAYAT KESEHATAN
Riwayat kesehatan yang dikaji
meliputi data saat ini dan masalah yang lalu. Perawat mengkaji klien atau
keluarga dan berfokus kepada manifestasi klinik dari keluhan utama, kejadian
yang membuat kondisi sekarang ini, riwayat perawatan dahulu, riwayat keluarga
dan riwayat psikososial.
Riwayat kesehatan dimulai dari
biografi klien, dimana aspek biografi yang sangat erat hubungannya dengan
gangguan oksigenasi mencakup usia, jenis kelamin, pekerjaan (terutama yang berhubungan
dengan kondisi tempat kerja) dan tempat tinggal. Keadaan tempat tinggal
mencakup kondisi tempat tinggal serta apakah klien tinggal sendiri atau dengan
orang lain yang nantinya berguna bagi perencanaan pulang (“Discharge
Planning”).
A. Keluhan Utama
Keluhan utama
akan menentukan prioritas intervensi dan mengkaji pengetahuan klien tentang
kondisinya saat ini. Keluhan utama yang biasa muncul pada klien gangguan
kebutuhan oksigen dan karbondioksida antara lain : batuk, peningkatan produksi
sputum, dyspnea, hemoptysis, wheezing, Stridor dan chest pain.
1. Batuk (Cough)
Batuk
merupakan gejala utama pada klien dengan penyakit sistem pernafasan. Tanyakan
berapa lama klien batuk (misal 1 minggu, 3 bulan). Tanyakan juga bagaimana hal
tersebut timbul dengan waktu yang spesifik (misal : pada malam hari, ketika
bangun tidur) atau hubungannya dengan aktifitas fisik. Tentukan batuk tersebut
apakah produktif atau non produktif, kongesti, kering.
2. Peningkatan Produksi Sputum.
Sputum
merupakan suatu substansi yang keluar bersama dengan batuk atau bersihan
tenggorok. Trakeobronkial tree secara normal memproduksi sekitar 3 ons mucus
sehari sebagai bagian dari mekanisme pembersihAan normal (“Normal Cleansing
Mechanism”). Tetapi produksi sputum akibat batuk adalah tidak normal. Tanyakan
dan catat warna, konsistensi, bau dan jumlah dari sputum karena hal-hal
tersebut dapat menunjukkan keadaan dari proses patologik. Jika infeksi timbul
sputum dapat berwarna kuning atau hijau, sputum mungkin jernih, putih atau kelabu.
Pada keadaan edema paru sputum akan berwarna merah mudah, mengandung darah dan
dengan jumlah yang banyak.
3. Dyspnea
Dyspnea
merupakan suatu persepsi kesulitan untuk bernafas/nafas pendek dan merupakan
perasaan subjektif klien. Perawat mengkaji tentang kemampuan klien untuk
melakukan aktifitas. Contoh ketika klien berjalan apakah dia mengalami dyspnea
?. kaji juga kemungkinan timbulnya paroxysmal nocturnal dyspnea dan orthopnea,
yang berhubungan dengan penyakit paru kronik dan gagal jantung kiri.
4. Hemoptysis
Hemoptysis
adalah darah yang keluar dari mulut dengan dibatukkan. Perawat mengkaji apakah
darah tersebut berasal dari paru-paru, perdarahan hidung atau perut. Darah yang
berasal dari paru biasanya berwarna merah terang karena darah dalam paru
distimulasi segera oleh refleks batuk. Penyakit yang menyebabkan hemoptysis
antara lain : Bronchitis Kronik, Bronchiectasis, TB Paru, Cystic fibrosis,
Upper airway necrotizing granuloma, emboli paru, pneumonia, kanker paru dan
abses paru.
5. Chest
Pain
Chest pain
(nyeri dada) dapat berhubungan dengan masalah jantung dan paru. Gambaran yang
lengkap dari nyeri dada dapat menolong perawat untuk membedakan nyeri pada
pleura, muskuloskeletal, cardiac dan gastrointestinal. Paru-paru tidak
mempunyai saraf yang sensitif terhadap nyeri, tetapi iga, otot, pleura parietal
dan trakeobronkial tree mempunyai hal tersebut. Dikarenakan perasaan nyeri
murni adalah subjektif, perawat harus menganalisis nyeri yang berhubungan
dengan masalah yang menimbulkan nyeri timbul.
Perawat
menanyakan tentang riwayat penyakit pernafasan klien. Secara umum perawat menanyakan tentang :
1.
Riwayat merokok : merokok sigaret merupakan penyebab penting kanker
paru-paru, emfisema dan bronchitis kronik. Semua keadaan itu sangat jarang
menimpa non perokok. Anamnesis harus mencakup hal-hal :
a)
Usia mulainya merokok secara rutin.
b)
Rata-rata jumlah rokok yang dihisap perhari
c)
Usia melepas kebiasaan merokok.
2. Pengobatan saat ini dan masa lalu
3. Alergi
4. Tempat tinggal
C. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan sosial
pasien penyakit paru-paru sekurang-kurangnya ada tiga, yaitu :
1. Penyakit
infeksi tertentu : khususnya tuberkulosa, ditularkan melalui satu orang ke
orang lainnya; jadi dengan menanyakan riwayat kontak dengan orang terinfeksi
dapat diketahui sumber penularannya.
2. Kelainan alergis, seperti asthma bronchial,
menunjukkan suatu predisposisi keturunan tertentu; selain itu serangan asthma
mungkin dicetuskan oleh konflik keluarga atau kenalan dekat.
3. Pasien
bronchitis kronik mungkin bermukim di daerah yang polusi udaranya tinggi. Tapi
polusi udara tidak menimbulkan bronchitis kronik, hanya memperburuk penyakit
tersebut.
REVIEW SISTEM (Head to Toe)
A. Inspeksi
1) Pemeriksaan dada dimulai dari thorax
posterior, klien pada posisi duduk.
2) Dada diobservasi dengan membandingkan satu
sisi dengan yang lainnya.
3) Tindakan dilakukan dari atas (apex) sampai ke
bawah.
4) Inspeksi thorax poterior
terhadap warna kulit dan kondisinya, skar, lesi, massa, gangguan tulang belakang seperti :
kyphosis, scoliosis dan lordosis.
5) Catat
jumlah, irama, kedalaman pernafasan, dan kesimetrisan pergerakan dada.
6) Observasi type pernafasan, seperti :
pernafasan hidung atau pernafasan diafragma, dan penggunaan otot bantu
pernafasan.
7) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi
dari fase inspirasi (I) dan fase ekspirasi (E). ratio pada fase ini normalnya 1
: 2. Fase ekspirasi yang memanjang menunjukkan adanya obstruksi pada jalan
nafas dan sering ditemukan pada klien Chronic Airflow Limitation (CAL)/COPD
8)
Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter anteroposterior (AP)
dengan diameter lateral/tranversal (T). ratio ini normalnya berkisar 1 : 2
sampai 5 : 7, tergantung dari cairan tubuh klien.
9) Kelainan
pada bentuk dada :
a) Barrel Chest : Timbul akibat terjadinya overinflation paru. Terjadi peningkatan
diameter AP : T (1:1), sering terjadi pada klien emfisema.
b) Funnel Chest (Pectus Excavatum) Timbul jika terjadi
depresi dari bagian bawah dari sternum. Hal ini akan menekan jantung dan
pembuluh darah besar, yang mengakibatkan murmur. Kondisi ini dapat timbul pada
ricketsia, marfan’s syndrome atau akibat kecelakaan kerja.
c) Pigeon
Chest (Pectus Carinatum) Timbul sebagai
akibat dari ketidaktepatan sternum, dimana terjadi peningkatan diameter AP.
Timbul pada klien dengan kyphoscoliosis berat.
d) Kyphoscoliosis ; Terlihat dengan adanya
elevasi scapula. Deformitas ini akan mengganggu pergerakan paru-paru, dapat
timbul pada klien dengan osteoporosis dan kelainan muskuloskeletal lain yang
mempengaruhi thorax.
e) Kiposis
: meningkatnya kelengkungan normal kolumna vertebrae torakalis menyebabkan
klien tampak bongkok.
f) Skoliosis
: melengkungnya vertebrae torakalis ke lateral, disertai rotasi vertebral
10) Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan pergerakan atau
tidak adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan penyakit pada paru atau pleura.
11) Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama inspirasi, yang dapat mengindikasikan obstruksi jalan nafas.
B. Palpasi
Dilakukan
untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi abnormalitas,
mengidentifikasi keadaan kulit dan mengetahui vocal/tactile premitus (vibrasi).
Palpasi thoraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi
seperti : massa,
lesi, bengkak. Kaji juga kelembutan
kulit, terutama jika klien mengeluh nyeri.
Vocal premitus : getaran dinding dada yang dihasilkan ketika berbicara.
C. Perkusi
Perawat
melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada
disekitarnya dan pengembangan (ekskursi) diafragma.
Jenis suara perkusi :
Suara perkusi normal :
Resonan (Sonor)
: bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada jaringan paru normal, Dullness
: dihasilkan di atas bagian jantung atau paru, Tympany : musikal, dihasilkan di atas perut yang
berisi udara.
Suara Perkusi Abnormal :
Hiperresonan : bergaung lebih rendah
dibandingkan dengan resonan dan timbul pada bagian paru yang abnormal berisi
udara. Flatness: sangat dullness dan oleh karena itu nadanya lebih tinggi.
Dapat didengar pada perkusi daerah paha, dimana areanya seluruhnya berisi
jaringan.
D. Auskultasi
Merupakan pengkajian yang sangat bermakna,
mencakup mendengarkan suara nafas normal, suara tambahan (abnormal), dan suara.
Suara nafas normal
dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan nafas dari laring ke
alveoli, dengan sifat bersih
Suara nafas normal :
1.
Bronchial : sering juga disebut
dengan “Tubular sound” karena suara ini dihasilkan oleh udara yang melalui
suatu tube (pipa), suaranya terdengar keras, nyaring, dengan hembusan yang
lembut. Fase ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi, dan tidak ada henti
diantara kedua fase tersebut. Normal terdengar di atas trachea atau daerah
suprasternal notch.
2. Bronchovesikular : merupakan gabungan dari suara nafas bronchial dan
vesikular. Suaranya terdengar
nyaring dan dengan intensitas yang sedang. Inspirasi sama panjang dengan
ekspirasi. Suara ini terdengar di daerah thoraks dimana bronchi tertutup oleh
dinding dada.
3.
Vesikular
: terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi
lebih panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan.
Suara nafas tambahan :
1.
Wheezing : terdengar selama
inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter suara nyaring, musikal, suara terus
menerus yang berhubungan dengan aliran udara melalui jalan nafas yang
menyempit.
2.
Ronchi : terdengar selama fase
inspirasi dan ekspirasi, karakter suara terdengar perlahan, nyaring, suara
mengorok terus-menerus. Berhubungan dengan sekresi kental dan peningkatan
produksi sputum
3. Pleural friction rub : terdengar saat inspirasi dan ekspirasi.
Karakter suara : kasar, berciut, suara seperti gesekan akibat dari inflamasi
pada daerah pleura. Sering
kali klien juga mengalami nyeri saat bernafas dalam.
4.
Crackles
Fine crackles
: setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi. Karakter suara meletup,
terpatah-patah akibat udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau
bronchiolus. Suara seperti rambut yang digesekkan.
Coarse
crackles : lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara lemah, kasar, suara
gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan nafas yang
besar. Mungkin akan berubah ketika klien batuk.
PENGKAJIAN
PSIKOSOSIAL
Kaji tentang aspek kebiasaan hidup klien yang secara
signifikan berpengaruh terhadap fungsi respirasi. Beberapa kondisi respiratory
timbul akibat stress.
Penyakit pernafasan kronik dapat
menyebabkan perubahan dalam peran keluarga dan hubungan dengan orang lain,
isolasi sosial, masalah keuangan, pekerjaan atau ketidakmampuan.
Dengan
mendiskusikan mekanisme koping, perawat dapat mengkaji reaksi klien terhadap
masalah stres psikososial dan mencari jalan keluarnya.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa
keperawatan yang berhubungan dengan gangguan oksigenasi yang mencakup
ventilasi, difusi dan transportasi, sesuai dengan klasifikasi NANDA (2005) dan
pengembangan dari penulis antara lain :
1. Bersihan Jalan nafas tidak efektif (Kerusakan
pada fisiologi Ventilasi)
Adalah suatu kondisi dimana individu tidak mampu
untuk batuk secara efektif.
2. Kerusakan pertukaran gas (Kerusakan pada
fisiologi Difusi)
Kondisi dimana terjadinya penurunan intake gas
antara alveoli dan sistem vaskuler
3. Pola nafas tidak efektif (Kerusakan pada
fisiologi Transportasi)
Adalah Suatu kondisi tidak adekuatnya ventilasi
berhubungan dengan perubahan pola nafas. Hiperpnea atau hiperventilasi akan
menyebabkan penurunan PCO2
Taxonomy
II : Domains, Kelas dan Diagnosis
A. Domain I : Promosi Kesehatan
Kelas 1 : Kesadaran akan Kesehatan : Rekognisi dari fungsi normal dan kesehatan
Kelas 2 : Managemen kesehatan : identifikasi, controlling, performing dan aktifitas yang terintegrasi untuk memelihara sehat dan kesehatan
Diagnosa yang berhubungan
1. Manajemen regimen terapi efektif
2. Manajemen regimen terapi tak efektif
3. Manajemen regimen terapi keluarga tak efektif
4. Manajemen regimen terapi komuniti tak efektif
5. Perilaku mencari bantuan kesehatan
6. Pemeliharan kesehatan tak efektif
7. kerusakan pemeliharaan rumah
8. Kesiapan untuk meningkatkan Manajemen regimen terapi
9. Kesiapan untuk meningkatkan nutrisi
B. Domain 2 : Nutrisi
Aktifitas untuk mengambil, asimilasi dan menggunakan nutrient untuk keseimbangan jaringan, perbaikan jaringan dan memproduksi energi
Kelas 1 : Ingesti : mengambil makanan atau nutrient kedalam tubuh
Diagnosa yang berhubungan
1. Pola makan infant tak efektif
2. Kerusakan menelan
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
4. Ketidakseimbangan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh
5. Risiko terhadap ketidakseimbangan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh
Kelas 2 : Digesti : aktifitas fisik dan kimia yang mengubah bahan makanan menjadi substansi yang memungkinkan diabsorpsi dan dicerna
Kelas 3 : Absorpsi: kegiatan mengambil nutrisi menuju jaringan tubuh
Kelas 4 : Metabolisme :
Kelas 5 : Hidrasi : pengambilan dan absorpsi cairan dan elektrolit
Diagnosa yang berhubungan
1. Kurang volume cairan
2. Risiko untuk kurang volume cairan
3. Kelebihan volume cairan
4. Risiko untuk ketidakseimbangan volume cairan
5. Kesiapan untuk meningkatkan keseimbangan cairan
C. Domain: Eliminasi
3: Eliminasi Sekresi dan
ekskresi terhadap produk akhir dari tubuh
Kelas 1 : Fungsi Urinari
Diagnosa yang berhubungan
1. Kerusakan eliminasi urine
2. Retensi urine
3. Inkontinesia urine total
4. Inkontinensia urine fungsional
5. Inkontinensia urine stress
6. Inkontinensia urine tak tertahankan
7. Inkontinensia refleks urine
8. Risiko Inkontinensia urine tak tertahankan
9. Kesiapan meningkatkan eliminasi urine
Kelas 2 : Fungsi Gastrointestinal
Diagnosa yang berhubungan
1. Inkontinensia usus
2. Diare
3. Konstipasi
4. Risiko untuk konstipasi
5. Konstipasi dirasakan
Kelas 3: Fungsi Integumen/Kulit
Kelas 4 : Fungsi Respirasi : proses pertukaran gas dan pengeluaran produk akhir metabolisme
Diagnosa yang berhubungan
1. Kerusakan pertukaran gas
Kelas 1 : Fungsi Urinari
Diagnosa yang berhubungan
1. Kerusakan eliminasi urine
2. Retensi urine
3. Inkontinesia urine total
4. Inkontinensia urine fungsional
5. Inkontinensia urine stress
6. Inkontinensia urine tak tertahankan
7. Inkontinensia refleks urine
8. Risiko Inkontinensia urine tak tertahankan
9. Kesiapan meningkatkan eliminasi urine
Kelas 2 : Fungsi Gastrointestinal
Diagnosa yang berhubungan
1. Inkontinensia usus
2. Diare
3. Konstipasi
4. Risiko untuk konstipasi
5. Konstipasi dirasakan
Kelas 3: Fungsi Integumen/Kulit
Kelas 4 : Fungsi Respirasi : proses pertukaran gas dan pengeluaran produk akhir metabolisme
Diagnosa yang berhubungan
1. Kerusakan pertukaran gas
D. Domain 4 : Aktifitas dan Istirahat
Kelas 1 : Tidur/istirahat
Diagnosa yang berhubungan
1. Gangguan pola tidur
2. Kesulitan tidur
3. Kesiapan untuk meningkatkan tidur
Kelas 2 : Aktifitas/Kegiatan : pergerakan bagian dari tubuh (mobilitas), bekerja atau menunjukkan suatu kegiatan melawan tahanan
Diagnosa yang berhubungan
1. Risiko untuk Sindrom disuse
2. Kerusakan mobilitas fisik
3. Kerusakan mobilitas di tempat tidur
4. Kerusakan mobilitas di kursi roda
5. Kerusakan kemampuan berpindah
6. Kerusakan berjalan
7. Kurang aktifitas diversional (Hiburan)
8. Kelambatan penyembuhan pembedahan
9. Perilaku tak berubah
Kelas 3 : Keseimbangan Energi : keadaan dinamis antara pemasukan dan kebutuhan
Diagnosa yang berhubungan
1. Gangguan bidang energi
2. Kelemahan
Kelas 4 : Respon Kardiovaskuler/Pulmoner
Diagnosa yang berhubungan
1. Penurunan Curah Jantung
2. Kerusakan Ventilasi Spontan
3. Pola Nafas Takefektif
4. Aktifitas intoleran
5. Rsiko terhadap aktifitas intoleran
6. Disfungsi respon penyapihan ventilator
7. Perfusi jaringan takefektif (Spesifik : renal, cerebral, kardiopulmoner, gastrointestinal, perifer)
Kelas 5 : Perawatan Diri
Diagnosa yang berhubungan
1. Kurang perawatan diri : Berpakaian/berhias
2. Kurang perawatan diri : Mandi/hygiene
3. Kurang perawatan diri : Makan
4. Kurang perawatan diri : Toileting
E. Domain 5 : Persepsi/Kognisi
Kelas 1 : Perhatian
Diagnosa yang berhubungan
1. Pengabaian unilateral
Kelas 2 : Orientasi
Diagnosa yang berhubungan
1. Sindrom kerusakan interpretasi lingkungan
2. Wandering
Kelas 3 : Sensasi/Persepsi
Diagnosa yang berhubungan
1. Gangguan sensori persepsi (spesifikkan : visual, auditory, kinestetik, gustatori, taktil)
Kelas 4 : Kognisi
Diagnosa yang berhubungan
1. Kurang pengetahuan (spesifikkan)
2. Kesiapan untuk meningkatkan pengetahuan (spesifikkan)
3. Kebingungan akut
4. Kebingungan kronik
5. Kerusakan memori
6. Gangguan proses fikir
Kelas 5 : Komunikasi
Diagnosa yang berhubungan
1. Kerusakan komunikasi verbal
2. Kesiapan untuk meningkatkan komunikasi
F. Domain 6 : Persepsi – Diri : kesadaran akan diri
Kelas 1 : Konsep Diri
Diagnosa yang berhubungan
1. Gangguan identitas diri
2. Kelemahan
3. Risiko terhadap ketidakberdayaan
4. Ketidakberdayaan
5. Risiko terhadap kesepian
6. Kesiapan untuk meningkatkan konsep diri
Kelas 2 : Harga – Diri
Diagnosa yang berhubungan
1. Harga diri rendah kronik
2. Harga diri rendah situasional
3. Risiko terhadap harga diri rendah situasional
Kelas 3 : Citra Tubuh : pencitraan diri sendiri secara mental
Diagnosa yang berhubungan
1. Gangguan citra tubuh
G. Domain 7 : Hubungan Peran : hubungan positif dan negatif antara individu dan kelompok
Kelas 1: Peran Pemberi Asuhan
Diagnosa yang berhubungan :
1. Ketegangan pemberi asuhan
2. Risiko terhadap ketegangan pemberi asuhan
3. Kerusakan peran orang tua
4. Risiko Kerusakan peran sebagai orang tua
5. Kesiapan untuk meningkatkan peran sebagai orang tua
Kelas 2 : Hubungan Keluarga
Diagnosa yang berhubungan
1. Hambatan proses keluarga
2. Kesiapan meningkatkan proses keluarga
3. Disfungsi proses keluarga : alkoholisme
4. Risiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua/anak
Kelas 3 : Penampilan Peran
Diagnosa yang berhubungan
1. Menyusui efektif
2. Menyusui tak efektif
3. Menyusui terganggu
4. Penampilan peran tak efektif
5. Konflik peran orang tua
6. Kerusakan interaksi sosial
H. Domain 8 : Seksualitas
Kelas 1 : Identitas Seksual
Kelas 2 : Fungsi Seksual
Diagnosa yang berhubungan
1. Disfungsi seksual
2. Pola seksualitas tak efektif
Kelas 3 : Reproduksi
I. Domain 9 : Koping/Toleransi Terhadap Stress
Kelas 1 : Respon Post-trauma
Diagnosa yang berhubungan
1. Sindrom stres relokasi
2. Risiko terhadap Sindrom stres relokasi
3. Sindrom trauma perkosaan
4. Sindrom trauma perkosaan : Reaksi diam
5. Sindrom trauma perkosaan : Reaksi gabungan
6. Sindrom post-trauma
7. Risiko Sindrom post-trauma
Kelas 2 : Respon Koping
Diagnosa yang berhubungan
1. Ketakutan
2. Kecemasan
3. Kecemasan akan kematian
4. Berduka kronik
5. Mengingkari tak efektif
6. Berduka antisipasi
7. Disfungsi berduka
8. Kerusakan penilaian
9. Koping tak efektif
10. Ketidakmampuan koping keluarga
11. Koping keluarga kompromi
12. Koping defensif
13. Koping komunitas tak efektif
14. Kesiapan untuk meningkatkan koping (individual)
15. Kesiapan untuk meningkatkan koping keluarga
16. Kesiapan untuk meningkatkan koping komuniti
17. Risiko terhadap disfungsi berduka
Kelas 3 : Neurhobehavioural Stress : respon perilaku yang melibatkan fungsi saraf dan otak
1. Disrefleksi otonom
2. Risiko untuk Disrefleksi otonom
3. Perilaku bayi takteratur
4. Risiko untuk Perilaku bayi takteratur
5. Kesiapan untuk meningkatkan Keteraturan perilaku bayi
6. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial
J. Domain 10 : Prinsip Hidup
Kelas 1 : Nilai
Kelas 2 : Kepercayaan
Diagnosa yang berhubungan
1. Kesiapan untuk meningkatkan kesehatan spiritual
Kelas 3 : Nilai/Kepercayaan/Kesesuaian Tindakan
Diagnosa yang berhubungan
1. Distress spiritual
2. Risiko untuk distress spiritual
3. Konflik memutuskan (Spesifikkan)
4. Tidak terpenuhinya (Spesifikkan)
5. Risiko untuk kerusakan beragama
6. Kerusakan Beragama
7. Kesiapan untuk meningkatkan beragama
K. Domain 11 : Keamanan/Proteksi : terbebas dari bahaya, kecelakaan fisik atau kerusakan sistem imun.
Kelas 1 : Infeksi
Diagnosa yang berhubungan
1. Risiko terhadap infeksi
Kelas 2 : Cedera Fisik
Diagnosa yang berhubungan
1. Kerusakan membran mukosa oral
2. Risiko terhadap cedera
3. Risiko terhadap cedera posisi perioperasi
4. Risiko terjatuh
5. Risiko terhadap trauma
6. Kerusakan integritas kulit
7. Risiko terhadap kerusakan integritas kulit
8. Kerusakan integritas jaringan
9. Kerusakan pertumbuhan gigi
10. Risiko kekurangan nafas
11. Risiko aspirasi
12. Bersihan jalan nafas tak efektif
13. Risiko terhadap disfungsi neurovaskular perifer
14. Proteksi tak efektif
15. Risiko terhadap sindrom kematian bayi
Kelas 3 : Kekerasan
Diagnosa yang berhubungan
1. Risiko untuk mutilasi diri
2. Mutilasi diri
3. Risiko untuk mencederai orang lain
4. Risiko untuk mencederai diri sendiri
5. Risiko bunuh diri
Kelas 4 : Bahaya Lingkungan
Diagnosa yang berhubungan
1. Risiko keracunan
Kelas 5 : Proses Defensif
Diagnosa yang berhubungan
1. Respon alergi getah
2. Risiko terhadap alergi getah
Kelas 6 : Thermoregulasi
Diagnosa yang berhubungan :
1. Risiko terhadap ketidakseimbangan suhu tubuh
2. Termoregulasi tak efektif
3. Hipotermi
4. Hipertermi
L. Domain 12 : Kenyamanan
Kelas 1 : Kenyamanan Fisik
Diagnosa yang berhubungan
1. Nyeri akut
2. Nyeri kronik
3. Mual
Kelas 2 : Kenyamanan Lingkungan
Kelas 3 : Kenyamanan Sosial
Diagnosa yang berhubungan
1. Isolasi Sosial
M. Domain 13 : Pertumbuhan/Perkembangan
Kelas 1 : Pertumbuhan
Diagnosa yang berhubungan
1. Pertumbuhan dan perkembangan terhambat
2. Risiko terhadap pertumbuhan tidak proporsional
3. Kegagalan pertumbuhan dewasa
Kelas 2 : Perkembangan
Diagnosa yang berhubungan
1. Pertumbuhan dan perkembangan terhambat
2. Risiko untuk perkembangan terhambat