Senin, 12 Desember 2011

Triage - Kegawat Daruratan Emergency

Gawat :

Suatu kondisi dimana korban harus segera ditolong, apabila tidak segera di tolong maka akan mengalami kecacatan atau kematian.
Ex : gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi, perdarahan hebat.

Darurat :

Suatu kondisi dimana korban harus segera di tolong tetapi penundaan pertolongan tidak akan menyebabkan kematian / kecacatan.
Ex : Luka, Ca mamae, BPH, Fraktur tertutup

Gawat darurat medik :

Peristiwa yang menimpa seseorang dengan tiba-tiba yang dapat membahayakan jiwa, sehingga memerlukan tindakan medik dengan segera dan tepat.

Bencana :

Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat dan pembanguan nasional yang memerlukan bantuan dan pertolongan

Bencana masal :

Kejadian mendadak yang tidak diduga serta menimbulkan kerugian harta benda dan nyawa manusia lebih dari 10-25 orang
Bencana masal terjadi karena sebab-sebab :
  1. Alamiah : kebakaran, gempa bumi
  2. Kelalaian manusia : kecelakaan KA, pesawat terbang, kapal laut.
  3. Direncanakan : ledakan bom oleh teroris

Bencana dibagi dalam 4 tingkatan :

  1. Tingkat I   : Korban < 50 orang
  2. Tingkat II  : Korban 51 - 100 orang
  3. Tingkat III : Korban 101 - 300 orang
  4. Tingkat IV  : Korban >300 orang

Triage:

Suatu sistem seleksi penderita yang menjamin supaya tidak ada penderita yang tidak mendapat perawatan
Klasifikasi korban menurut perlukaan yang diderita :
  1. Golongan I (Label Hijau) :
    Penderita tidak luka / menderita gangguan jiwa sehingga tidak memerlukan tindakan bedah.

  2. Golongan II (Label Kuning) :
    Penderita dengan luka ringan dan memerlukan tindakan bedah minor.

  3. Golongan III (Label Merah) :
    Penderita keadaan luka berat / syok.

  4. Golongan IV (Label Putih) :
    Penderita dengan luka berat tetapi sulit ditolong

  5. Golongan V (Label Hitam) : Penderita meninggal dunia
Sistem pelayanan gadar menitik beratkan pada dua sasaran :
  1. Peningkatan kemampuan pelayanan gadar melalui kategori unit gadar RS
  2. Peningkatan fungsi infrastruktur meliputi:
    1. Bidang Management :
      1. Penetapan peraturan, standart pelayanan, pedoman PPGD.
      2. Peningkatan kemampuan perencanaan upaya PPGD
      3. Peningkatan kemampuan pengorganisasian PPGD.
    2. Pengembangan bidang sistem informasi.
      1. Peningkatan dan pengembangan sistem pencatatan dan pelaporan serta analisa data pasien gadar

Tujuan PPGD :

  1. Mencegah kematian dan kecacatan
  2. Merujuk pasien gawat darurat (Gadar) untuk mendapatkan penanganan yang memadai
  3. Menanggulangi korban bencana

Keberhasilan PPGD ditentukan oleh :

  1. Kecepatan menemukan pasien gawat darurat (Gadar)
  2. Kecepatan meminta pertolongan
  3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan
    1. Ditempat kejadian
    2. Perjalan ke RS
    3. Pertolongan selanjutnya di Puskesmas/RS

Berhasil atau tidaknya pertolongan yang diberikan dibagian gadar tergantung :

  1. Keadaan pasien saat tiba dibagian gadar
  2. Keadaan gedung
  3. Kualitas, jumlah peralatan, dan obat-obatan
  4. Kemampuan dan ketrampilan petugas.
Prosedur pelayanan gadar meliputi rangkaian :
  1. Fase pra RS : ditolong oleh
    1. Orang awam
    2. Polisi, SAR, Hansip, DPK
    3. Ambulance 118
  2. Fase RS, pertolongan di
    1. IGD
    2. ICU
    3. Ruang rawat
  3. Fase post RS :
    1. Sembuh
    2. Sembuh cacat
    3. Meninggal dunia
Problem dalam PGD
  1. Fase pra RS
    1. Komonikasi
    2. Pendidikan
    3. Transportasi
      1. Dari tempat kejadian sampai RS diangkut dengan berbagai kendaraan, sebagian kecil menggunakan ambulance.
      2. Syarat alat transportasi :
        1. Kendaraan (perahu, gerobak,helikopter)
          1. Prinsip : pasien dapat telentang, luas, cukup tinggi, komunikasi sentral dengan RS, identitas jelas
        2. Alat medis :
          1. Resusitasi (Ambubag)
          2. Laringoskopi, ET
          3. Guidel/mayo
          4. O2 transport
          5. Suction, balut, bidai, infus, matras, EKG dll.
        3. Personal
          1. Perawat yang bisa mengemudi
          2. Perawat CCN ( asrama )
      3. Syarat transpotasi penderita
        1. Gangguan pernafasan dan cardiovaskuler telah tertanggulangi
        2. Perdarahan dihentikan
        3. Luka ditutup
        4. Patah tulang telah di fiksasi Selama transportasi di monitor : Vital Sign, kesadaran, daerah perlukaan
  2. Fase RS
    1. Puskesmas
    2. Bagian gadar
    3. Penggolongan korban bencana

Disaster plan (Perencanaan Musibah)

  1. RS daerah atau kota dapat memanfaatkan tenaga dan fasilitas yang ada secara efisien.
  2. Problem disaster plan:
    1. Bencana datang secara tiba-tiba
    2. Jumlah korban lebih banyak dari pada petugas
  3. Faktor penghambat disaster plan :
    1. Anggapan bahwa bencana tidak akan terjadi disini
    2. Semoga tidak terjadi disini

Bantuan hidup Dasar / Basic Life Support

Tujuan BLS :

  1. Mencegah henti nafas dan henti jantung
  2. Membantu pernafasan dan atau sirkulasi dengan cara resusitasi jantung dan paru dengan langkah A.B.C

Indikasi :

  1. Henti nafas
    1. Penyebab : tenggelam, stroke, sumbatan benda asing, inhalasi asap, keracunan obat, syock listrik, tercekik, trauma, AMI, tersambar petir, coma.
  2. Henti jantung

Langkah- langkah BLS/BHD

A. Air Way Control (bebaskan jalan nafas)

  1. Posisi telentang
  2. Permukaan rata
  3. Buka jalan nafas dengan ekstensi kepala dengan mengangkat dagu (head tilt, chine lift manuver), kalau perlu mengangkat mandibula (jaw trust manuver) dan ketiganya dikenal dengan triple air way manuver.
  4. Bila ada muntahan bisa dibersihkan dengan cara manual.

B. Breathing Support ( bantuan nafas )

  1. Menilai ada nafas/ tidak dengan cara : melihat, mendengar, dan merasakan.
  2. Bila bernafas dan tidak sadar posisikan penderita stabil lateral dan pelihara jalan nafas
  3. Bila tidak bernafas dan tidak sadar : mulai pernafasan buatan dengan meniup 2 kali secara lambat
  4. Bila nadi ada, lanjutan pernafasan buatan 10-12 x/ mnt tanpa kompresi dada
Tindakan pada sumbatan jalan nafas :
  1. Manuver helmich (hentakan pada perut)
  2. Chest thrusts (hentakan dada): penderita gemuk, hamil, bayi < 1 thn
  3. Penyapuan dengan jari : hanya pada penderita tidak sadar

C. Circulation Support (bantuan sirkulasi )

  1. Nilai adanya nadi besar, bila teraba lanjutkan nafas buatan 10 - 12 kali per menit kalau perlu , jika nadi tidak teraba lakukan kompresi jantung luar
  2. Kompresi pada bayi dan anak : 100x/mnt, lokasi 1/3 bawah sternum (1 jari dibawah garis antara kedua putting susu) dengan perbandingan 5:1
    1. Neonatus: 2 jari (kedua jempol atau telujuk dan tangah dengan perbandingan 3:1 atau 5:1
    2. RJP dg 1 penolong: perbandingan 15: 2
    3. RJP dg 2 penolong , perbandingan 15 : 1