Minggu, 07 Agustus 2011

ASKEP Gagal Ginjal


GAGAL GINJAL

A.     Pengertian
                        Gagal ginjal merupakan penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir yang umum dari berbagai penyakit traktus urinarius dan ginjal.
                        Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah metabolik tubuh atau melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang di eliminasi diurin menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan renal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit,serta asam basa.

         Gagal ginjal dibagi 2 yaitu :
1.      Gagal Ginjal Akut ( GGA )
         Adalah hilangnya fungsi ginjal yang mendadak dan hampir hilang semuanya disebabkan oleh kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi tubular dan glomerular.
2.      Gagal Ginjal Kronik ( GGK )
Adalah penyimpangan progesif fungsi ginjal yang tidak dapat pulih dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangancairan elektrolit yang mengakibatkan uremia ( retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah ).

B.     Etiologi
         Gagal Ginjal Akut :
1.      Prarenal ( Hipoperfusi renal )
2.      Intrarenal ( kerusakan aktual jaringan ginjal )
3.      Pascarenal ( obtruksi aliran urin )

Gagal Ginjal Kronis :
1.      Glomerulus primer
2.      Glumerulus yang disertai dengan penyakit sistemik
3.      Tubulointerstisial
4.      Polikistik dan penyakit bawaan lain
5.      Tromboemboli
6.      Sumbatan kronis saluran kemih nefropati diabetes


C.           Patofisiologis
1. Iskemia korteks ginjal
2. Obstruksi tubulus
3. Back-leak ultrafiltrat
4. Penurunan koef.ultrafiltrasi glom. (Kf)

D.     Manifestasi Klinis
         Gagal Ginjal Akut :
1.      Anuria, Poliuria / oliguria dapat terjadi
2.      Tampak sakit kritis dan letargik dengan mual, muntah, dan diare persisten
3.      Kulit dan membran mukosa kering ; Nafas berbau urine.
4.      Manifestasi sistem saraf pusat : mengantuk, sakit kepala.
5.      Haluaruan urine terlalu sedikit.
6.      Anemia ( karena kehilangan darah akibat lesi uremik gastrointestinal, penurunan masa hidup sel-sel darah merah ).

Gagal Ginjal Kronis  :
1.      Manifestasi Kardiovaskuler : Hipertensi, gagal ginjal kongestif, edema pulmonal, perikarditis.
2.      Gejala Dermatologis : Gatal-gatal hebat ( pruritus ) ; serangan uremik tidak umum karena pengobatan dini dan agresif.
3.      Gejala Gastrointestinal : Anoreksia, mual, muntah, cegukan, penurunan aliran saliva, haus dan stomatitis.
4.      Perubahan Hematologis : Kecendrungan perdarahan
5.      Keletihan dan letargik, sakit kepala, kelemahan umum.

E.      Komplikasi
         Gagal Ginjal akut :
1.      Infeksi. Sepsis adalah penyebab utama kematian pada pasien dengan Gagal Ginjal Akut, luka pembedahan dan kateter kandung kemih yang menetap adalah tempat yang paling sering terinfeksi
2.      Efek Gastrointestinal, anoreksia mual dan muntah untuk sementara dikendalikan oleh fenotiazin. Masalah ini akan membaik setelah dialisis dimulai. Pendarahan gastrointestinal terjadi pada 10-30% pasien
3.      Efek Kardiovaskuler.edema paru dan gagal jantung kongestif disebabkan oleh kelebihan volume. Aritmia terjadi akibat hiperkalemia, hipoksia terjadi akibat edema paru dan menurunnya bersihan ginjal karena obat-obat jantung.
4.      Efek neorologis, gejalanya antara lain adalah kedutan, tremor, agitasi, kejang, samnolensi dan koma.

F.      Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan  adalah untuk memulihkan keseimbangan kimia normal darah dan mencegah komplikasi.
1.      Hemodialisis (HD) adalah cara terpilih pada pasien yang mengalami laju katabolisme tinggi dan secara hemodinamik stabil. Tindakan ini juga diindikasikan bila diperlukan koreksi cairan dan status elektrolit secara cepat.
2.      Dialisis Peritoneum (PD). Dialisis peritoneum dipilih untuk pasien yang peningkatan laju katabolismenya minimal secara hemodinamik tidak stabil dan membutuhkan koreksi cairan-elektrolit secara lambat. Tindakan ini juga digunakan bila akses pembuluh darah buruk, tetapi PD dihindari pada pasien dengan gangguan pernafasan, operasi perut, atau perlekatan yang mungkin tidak dapat mentoleransi pemasukan 2 L dialisat di dalam rongga peritoneum.
3.      Hemofiltrasi Erteriovenous Secara Terus – Menerus (CAVH). Ini adalah suatu alternatif untuk HD dan digunakan pada pasien dengan laju katabolisme yang cukup tinggi yang secara hemodinamik tidak stabil dan membutuhkan koreksi status cairan secara cepat dan terus-menerus.
4.      Biopsi Ginjal. Diindikasikan sebelum terapi akut diberikan pada pasien dengan GGA yang etiologinya tidak diketahui dan pada pasien dengan GGA yang disertai dengan glomerulonefritis, sindrom nefrotik, vaskulitis atau penyakit sistemik misalnya lupus eritematosis sistemik dan granulomatosis Wagener.

I.    Penatalaksanaan Keperawatan
a.   Diagnosa Keperawatan
      Gagal Ginjal akut :
Ø  Perubahan Volume cairan b.d mekanisme regulatori ( gagal ginjal ) dengan retensi air
Ø  Resti penurunan curah jantung b.d kelebihan cairan (disfngsi/ gagal ginjal).
Ø  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d katabolisme protein ; pembatasan diet untuk menurunkan produk sisa nitrogen.
Ø  Resti infeksi b.d prosedur invasif / alat
Ø  Resti kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan berlebihan
Ø  Kurang pengetahuan tentang proses penyakit b.d kurangnya informasi

b.      Intervensi
DX I
Ø  Kaji TTV
Ø  Catat input dan output
Ø  Awasi berat jenis urine
Ø  Timbang berat badan tiap hari
Ø  Kaji kulit, wajah, area tergantung untuk edema
Ø  Auskultasi paru dan bunyi jantung

DX II
Ø  Kaji tekanan darah dan frekuensi jantung
Ø  Observasi EKG
Ø  Pertahankan tirah baring/ dorong istirahat adekuat
Ø  Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium ex : Kalium, Kalsium dan magnesium
Ø  Kolaborasi dalam pemberian oksigen

DX III
Ø  Kaji/catat  pemasukan diet
Ø  Berikan makanan sedikit tapi sering
Ø  Timbang berat badan
Ø  Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian kalori tinggi dan diet rendah / sedang protein

DX IV
Ø  Kaji TTV
Ø  Gunakan tehnik aseptik dalam tindakan invasif
Ø  Kaji integritas kulit
Ø  Kolaborasi dalam pemberian antibiotik




DX V
Ø  Ukur intake dan output dengan akurat
Ø  Perhatikan tanda dan gejala dehidrasi
Ø  Kaji turgor kulit
Ø  Kolaborasi dalam pemberian cairan infus 24 jam sesuai indikasi
Ø  Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium ex : Natrium

DX VI
Ø  Kaji ulang proses penyakit dan faktor pencetus
Ø  Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit
Ø  Jelaskan tingkat fungsi ginjal setelah episode akut berlanjut
Ø  Dorong pasien untuk mengbservasi karakteristik urine dan jumlah/frekuensi pengeluaran
Ø  Berikan pendidikan kesehatan kepada klien tenteng proses penyakit

      a.   Diagnosa Keperawatan
            Gagal Ginjal Kronis :
Ø  Penurunan curah jantung b.d ketidak seimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulasi
Ø  Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status metabolik
Ø  Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologis
Ø  Ketidakpatuhan b.d keyakinan kesehatan.
Ø  Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis  dan kebutuhan pengobatan b.d kurang terpajannya informasi
           
      b.   Intervensi
DX I
Ø  Auskultasi bunyi jantung
Ø  Kaji adanya / derajat hipertensi ; awasi Tekanan darah
Ø  Selidiki keluhan nyeri dada
Ø  Evaluasi bunyi jantung
Ø  Kaji tingkat aktivitas
Ø  Pertahankan tirah baring
Ø  Kolaborasi pemeriksaan laboratorium ex : elektrolit, foto dada
Ø  Kolaborasi dalam pemberian obat hipertensi ex ; Kaptropil, klonodin, prazozin

DX II
Ø  Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor dan vaskuler
Ø  Pantau masukan cairan, hidrasi kulit dan membran mukosa
Ø  Berikan perawatan kulit : salep atau krim ex : lanolin, aquaphor
Ø  Anjurkan pasien menggunakan kompres lembeb dan dingin untuk memberikan tekanan pada area pruritus.

DX III
Ø  Kaji luasnya gangguan kemampuan proses berfikir
Ø  Berikan orang terdekat informasi tentang status pasien
Ø  Berikan lingkungan tenang
Ø  Tingkatkan istirahat adekuat
Ø  Awasi pemeriksaan laboratorium

DX IV
Ø  Yakinkan persepsi/pemahaman pasien / orang terdekat terhadap situasi dan konsekuensi perilaku
Ø  Identifikasi perilaku yang mengindikasikan kegagalan untuk mengikuti program pengobatan
Ø  Kaji tingkat ansietas, kemampuan kontrol dan perasaan tak berdaya
Ø  Buat tujuan bertahap dengan pasien
Ø  Buat sistem pengawasan diri ex : tekanan darah, penimbangan

DX V
Ø  Kaji ulang proses penyakit / prognosis dan kemungkinan yang akan dialami
Ø  Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang pengobatan
Ø  Diskusikan terapi obat yang diberikan.


DAFTAR PUSTAKA

Stein, Jay, H. (1998). Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Edisi 3. Jakarta. EGC.

Suddart, Brunner. (2000). Keperawatan Medikal Bedah Buku Saku Dari Brunner Dan    
       Suddart. Jakarta. EGC.

Suddart, Brunner. (2001). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta. EGC.

Soegondo, Sidartawan, Dkk. (2006). Panduan Pelayanan Medik. Jakarta. FKUI.

Doengoes, Marilynn, E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta. EGC.