LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR PARU
Di susun Oleh: BUDI UTOMO
AKADEMI KEPERAWATAN MANGGALA HUSADA
Jakarta
2011
1. DEFINISI
Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru yang abnormal. Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan letaknya didalam rongga dada. Jenis tumor paru dibagi untuk tujuan pengobatan, meliputi SCLC ( Small Cell Lung Cancer ) dan NSLC ( Non Small Cell Lung Cancer / Karsinoma Skuamosa, adenokarsinoma, karsinoma sel besar )
Karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas. ( Hood Al sagaff, dkk 1993 )
Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh diparu, sebagian besar kanker paru berasal dari sel-sel didalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain yang terkena kanker. ( Zerich 150105 Weblog, by Erich )
2. ETIOLOGI
( Amin Zulkifli, Ilmu Penyakit Dalam Ed. IV, hal 1005 )
Penyebab / faktor pendukung dari kanker paru, antara lain :
1.Merokok
2.Terpapar asap rokok
3.Paparan zat karsinogen ( asbestos, radiasi ion, radon arse )
4.Polusi udara
5.Genetik
( Amin Zulkifli, Ilmu Penyakit Dalam Ed. IV, hal 1005 )
Penyebab / faktor pendukung dari kanker paru, antara lain :
1.Merokok
2.Terpapar asap rokok
3.Paparan zat karsinogen ( asbestos, radiasi ion, radon arse )
4.Polusi udara
5.Genetik
3. PATOFISIOLOGI
( Zerich 150105′ weblog )
Sebab-sebab keganasan tumor masih belum jelas, tetapi virus, faktor lingkungan, faktor hormonal dan faktor genetik semuanya berkaitan dengan resiko terjadinya tumor. Permulaan terjadinya tumor dimulai dengan adanya zat yang bersifat intiation yang merangasang permulaan terjadinya perubahan sel. Diperlukan perangsangan yang lama dan berkesinambungan untuk memicu timbulnya penyakit tumor.
Initiati agen biasanya bisa berupa nunsur kimia, fisik atau biologis yang berkemampuan bereaksi langsung dan merubah struktur dasar dari komponen genetik ( DNA ). Keadaan selanjutnya diakibatkan keterpaparan yang lama ditandai dengan berkembangnya neoplasma dengan terbentuknya tumor, hal ini berlangsung lama meingguan sampai tahunan.
Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel daerah asal dan kecepatan pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma epidermoid ( sel skuamosa ). Karsinoma sel kecil ( sel oat ), karsinoma sel besar ( tak terdeferensiasi ) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial. Karsinoma sel kecil umumnya terbentuk dijalan napas utama bronkial. Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma umumnya tumbuh dicabang bronkus perifer dan alveoli. Karsuinoma sel besar dan karsinoma sel oat tumbuh sangat cepat sehigga mempunyai progrosis buruk. Sedangkan pada sel skuamosa dan adenokar. Paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut dan letaknya di dalam rongga dada atau toraksinoma prognosis baik karena pertumbuhan sel ini lambat.
( Zerich 150105′ weblog )
Sebab-sebab keganasan tumor masih belum jelas, tetapi virus, faktor lingkungan, faktor hormonal dan faktor genetik semuanya berkaitan dengan resiko terjadinya tumor. Permulaan terjadinya tumor dimulai dengan adanya zat yang bersifat intiation yang merangasang permulaan terjadinya perubahan sel. Diperlukan perangsangan yang lama dan berkesinambungan untuk memicu timbulnya penyakit tumor.
Initiati agen biasanya bisa berupa nunsur kimia, fisik atau biologis yang berkemampuan bereaksi langsung dan merubah struktur dasar dari komponen genetik ( DNA ). Keadaan selanjutnya diakibatkan keterpaparan yang lama ditandai dengan berkembangnya neoplasma dengan terbentuknya tumor, hal ini berlangsung lama meingguan sampai tahunan.
Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel daerah asal dan kecepatan pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma epidermoid ( sel skuamosa ). Karsinoma sel kecil ( sel oat ), karsinoma sel besar ( tak terdeferensiasi ) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial. Karsinoma sel kecil umumnya terbentuk dijalan napas utama bronkial. Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma umumnya tumbuh dicabang bronkus perifer dan alveoli. Karsuinoma sel besar dan karsinoma sel oat tumbuh sangat cepat sehigga mempunyai progrosis buruk. Sedangkan pada sel skuamosa dan adenokar. Paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut dan letaknya di dalam rongga dada atau toraksinoma prognosis baik karena pertumbuhan sel ini lambat.
4. MANIFESTASI KLINIK
manifestasi klinik pada penderita tumor paru yaitu (www mediaindonesia.co.id) :
a. Batuk yang terus menerus dan berkepanjangan
b. Napas pendek-pendek dan suara parau
c. Batuk berdarah dan berdahak
d. Nyeri pada dada, ketika batuk dan menarik napas yang dalam
e. Hilang nafsu makan dan berat badan
manifestasi klinik pada penderita tumor paru yaitu (www mediaindonesia.co.id) :
a. Batuk yang terus menerus dan berkepanjangan
b. Napas pendek-pendek dan suara parau
c. Batuk berdarah dan berdahak
d. Nyeri pada dada, ketika batuk dan menarik napas yang dalam
e. Hilang nafsu makan dan berat badan
5. KOMPLIKASI
- Hematorak
- Pneumotorak
- Empiema
- Endokarditis
- Abses paru
- Atelektasis
- Hematorak
- Pneumotorak
- Empiema
- Endokarditis
- Abses paru
- Atelektasis
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
( Barbara, Engram, hal.7, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah )
Pemeriksaan Penunjang
a.Foto dada menunjukkan sisi lesi
b.Analisis sputum untuk sitologi menyatakan tipe sel kanker
c.Skan tomografi komputer dan tomogram paru menunjukkan lokasi tumor dan ukuran tumor
d.Bronkoskopi dapat dilakukan untuk memperoleh sample untuk biopsi dan mengumpulkan hapusan
bronkial tumor yang terjadi dicabang bronkus
e.Aspirasi dengan janim dan biopsi jaringan paru dapat dilakukan jika pemeriksaan radiologi
menunjukan lesi di paru-paru perifer
f.Radionuklide scan terhadap organ-organ lain menentukan luasnya netastase ( otak, hepar tulang,
limpa )
g.Mediastinoskopi menentukan apakah tumor telah metastase telah metastase ke limfe mediastinum
( Barbara, Engram, hal.7, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah )
Pemeriksaan Penunjang
a.Foto dada menunjukkan sisi lesi
b.Analisis sputum untuk sitologi menyatakan tipe sel kanker
c.Skan tomografi komputer dan tomogram paru menunjukkan lokasi tumor dan ukuran tumor
d.Bronkoskopi dapat dilakukan untuk memperoleh sample untuk biopsi dan mengumpulkan hapusan
bronkial tumor yang terjadi dicabang bronkus
e.Aspirasi dengan janim dan biopsi jaringan paru dapat dilakukan jika pemeriksaan radiologi
menunjukan lesi di paru-paru perifer
f.Radionuklide scan terhadap organ-organ lain menentukan luasnya netastase ( otak, hepar tulang,
limpa )
g.Mediastinoskopi menentukan apakah tumor telah metastase telah metastase ke limfe mediastinum
7. PENATALAKSANAAN MEDIK
( At a Glance, Medicine, Patrisk Davey, hal. 203 )
1.Pembedahan, memiliki kemungkinan kesembuhan terbaik, namun hanya < 25% kasus yang bisa
dioperasi dan hanya 25% diantaranya ( 5% dari semua kasus ) yang telah hidup setelah 5 tahun.
Tingkat mortalitas perioperatif sebesar 3% pada lobektomi dan 6% pada pneumonektomi
2.Radioterapi radikal, digunakan pada kasus kanker paru bukan sel kecil yang tidak bisa dioperasi.
Tetapi radikal sesuai untuk penyakit yang bersifat lokal dan hanya menyembuhklan sedikit
diantaranya.
3.Radioterapi paliatif, untuk hemoptisis, batuk, sesak napas atau nyeri lokal
4.Kemoterapi, digunakan pada kanker paru sel kecil, karena pembedahan tidak pernah sesuai dengan
histologi kanker jenis ini. Peran kemoterapi pada kanker bukan sel kecil belum jelas.
5.Terapi endobronkia, seperti kerioterapi, tetapi laser atau penggunaan stent dapat memulihkan gejala
dengan cepat pada pasien dengan penyakit endobronkial yang signifikan
6.Perawatan faliatif, opiat terutama membantu mengurangi nyeri dan dispnea. Steroid membantu
mengurangi gejala non spesifik dan memperbaiki selera makan
( At a Glance, Medicine, Patrisk Davey, hal. 203 )
1.Pembedahan, memiliki kemungkinan kesembuhan terbaik, namun hanya < 25% kasus yang bisa
dioperasi dan hanya 25% diantaranya ( 5% dari semua kasus ) yang telah hidup setelah 5 tahun.
Tingkat mortalitas perioperatif sebesar 3% pada lobektomi dan 6% pada pneumonektomi
2.Radioterapi radikal, digunakan pada kasus kanker paru bukan sel kecil yang tidak bisa dioperasi.
Tetapi radikal sesuai untuk penyakit yang bersifat lokal dan hanya menyembuhklan sedikit
diantaranya.
3.Radioterapi paliatif, untuk hemoptisis, batuk, sesak napas atau nyeri lokal
4.Kemoterapi, digunakan pada kanker paru sel kecil, karena pembedahan tidak pernah sesuai dengan
histologi kanker jenis ini. Peran kemoterapi pada kanker bukan sel kecil belum jelas.
5.Terapi endobronkia, seperti kerioterapi, tetapi laser atau penggunaan stent dapat memulihkan gejala
dengan cepat pada pasien dengan penyakit endobronkial yang signifikan
6.Perawatan faliatif, opiat terutama membantu mengurangi nyeri dan dispnea. Steroid membantu
mengurangi gejala non spesifik dan memperbaiki selera makan
8. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
- Bantu pasien untuk mencari posisi yang paling sedikit nyerinya
- Dalam tindakan psikologis kurangi ansietas dengan memberikan informasi yang sering, sederhana, jelas tentang apa yang sedang dilakukan untuk
- mengatasi kondisi dan apa makna respons terhadap pengobatan.
- Bantu pasien untuk mencari posisi yang paling sedikit nyerinya
- Dalam tindakan psikologis kurangi ansietas dengan memberikan informasi yang sering, sederhana, jelas tentang apa yang sedang dilakukan untuk
- mengatasi kondisi dan apa makna respons terhadap pengobatan.
9. PENGKAJIAN
A. Pengumpulan Data
1. Keadaan umum: lemah, sesak yang disertai dengan nyeri dada.
2. Kebutuhan dasar:
- Pola makan : nafsu makan berkurang karena adanya sekret dan terjadi kesulitan menelan
(disfagia), penurunan berat badan.
- Pola minum : frekuensi minum meningkat (rasa haus)
- Pola tidur : susah tidur karena adanya batuk dan nyeri dada.
- Aktivitas : keletihan, kelemahan
A. Pengumpulan Data
1. Keadaan umum: lemah, sesak yang disertai dengan nyeri dada.
2. Kebutuhan dasar:
- Pola makan : nafsu makan berkurang karena adanya sekret dan terjadi kesulitan menelan
(disfagia), penurunan berat badan.
- Pola minum : frekuensi minum meningkat (rasa haus)
- Pola tidur : susah tidur karena adanya batuk dan nyeri dada.
- Aktivitas : keletihan, kelemahan
3. Pemeriksaan fisik
- Sistem pernafasan
• Sesak nafas, nyeri dada
• Batuk produktif tak efektif
• Suara nafas: mengi pada inspirasi
• Serak, paralysis pita suara.
- Sistem kardiovaskuler
• tachycardia, disritmia
• menunjukkan efusi (gesekan pericardial)
- Sistem gastrointestinal
• Anoreksia, disfagia, penurunan intake makanan, berat badan menurun.
- Sistem urinarius
Peningkatan frekuensi/jumlah urine.
- Sistem neurologis
• Perasaan takut/takut hasil pembedahan
• Kegelisahan
4. Data Penunjang
- Foto dada, PA dan lateral
- CT scan/MRI
- Bronchoscope
- Sitologi
TTB, biopsy kelenjar getah bening leher.
- Sistem pernafasan
• Sesak nafas, nyeri dada
• Batuk produktif tak efektif
• Suara nafas: mengi pada inspirasi
• Serak, paralysis pita suara.
- Sistem kardiovaskuler
• tachycardia, disritmia
• menunjukkan efusi (gesekan pericardial)
- Sistem gastrointestinal
• Anoreksia, disfagia, penurunan intake makanan, berat badan menurun.
- Sistem urinarius
Peningkatan frekuensi/jumlah urine.
- Sistem neurologis
• Perasaan takut/takut hasil pembedahan
• Kegelisahan
4. Data Penunjang
- Foto dada, PA dan lateral
- CT scan/MRI
- Bronchoscope
- Sitologi
TTB, biopsy kelenjar getah bening leher.
B. Pengelompokan Data
1. Data Subjektif
Perasaan lemah, Sesak nafas, nyeri dada, Batuk tak efektif, Serak, haus, Anoreksia,
disfalgia, berat badan menurun, Peningkatan frekuensi/jumlah urine, Takut
2. Data Objektif
Batuk produktif, Tachycardia/disritmia, Menunjukkan efusi, Sianosis, pucat, Edema, Demam
Gelisah
1. Data Subjektif
Perasaan lemah, Sesak nafas, nyeri dada, Batuk tak efektif, Serak, haus, Anoreksia,
disfalgia, berat badan menurun, Peningkatan frekuensi/jumlah urine, Takut
2. Data Objektif
Batuk produktif, Tachycardia/disritmia, Menunjukkan efusi, Sianosis, pucat, Edema, Demam
Gelisah
10. DIAGNOSA KEPERAWATAN
( Doenges, Marylin, hal 191 dan Engram, Barbara ( Zerich 150105, weblog ))
1.Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi bronkial sekunder karena invasi
tumor
2.Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan saraf oleh tumor paru
3.Ketakutan / ansietas berhubungan dengan ancaman / perubahan status kesehatan
( Xerich. 150105′s weblog )
( Engtram, Barbara.1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol 1. Jakarta : EGC )
( Doenges, Marylin, hal 191 dan Engram, Barbara ( Zerich 150105, weblog ))
1.Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi bronkial sekunder karena invasi
tumor
2.Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan saraf oleh tumor paru
3.Ketakutan / ansietas berhubungan dengan ancaman / perubahan status kesehatan
( Xerich. 150105′s weblog )
( Engtram, Barbara.1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol 1. Jakarta : EGC )
11. RENCANA KEPERAWATAN
( Doenges, Marilyn, dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan. Ed. 3. Jakarta : EGC )
1. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi.
Intervensi
1.Auskultasi dada untuk karakter bunyi napas atau adanya sekreat.
Rasional : Pernapasan bising, ronki dan menunjukkan tertahannya sekreat / obstruksi jalan napas
2.Observasi jumlah dan karakter sputum / aspirasi sekret. Selidiki jalan perubahan sesuai indikasi
Rasional : Peningkatan jumlah sekret tidak berwarna ( atau berck darah 1 berair awalnya normal
dan harus menurun sesuai kemajuan penyembuhan
3.Dorong masukan cairan per oral ( sedikitnya 2500 ml / hari ) dalam toleransi jantung.
Rasional : Hidrasi adekuat untuk mempertahankan sekreat hilang / peningkatan keluaran
( Doenges, Marilyn, dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan. Ed. 3. Jakarta : EGC )
1. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi.
Intervensi
1.Auskultasi dada untuk karakter bunyi napas atau adanya sekreat.
Rasional : Pernapasan bising, ronki dan menunjukkan tertahannya sekreat / obstruksi jalan napas
2.Observasi jumlah dan karakter sputum / aspirasi sekret. Selidiki jalan perubahan sesuai indikasi
Rasional : Peningkatan jumlah sekret tidak berwarna ( atau berck darah 1 berair awalnya normal
dan harus menurun sesuai kemajuan penyembuhan
3.Dorong masukan cairan per oral ( sedikitnya 2500 ml / hari ) dalam toleransi jantung.
Rasional : Hidrasi adekuat untuk mempertahankan sekreat hilang / peningkatan keluaran
4.Kaji nyeri / ketidak nyamanan dan obati dengan dosis rutin dan lakukan latihan pernapasan
Rasional : Mendorong pasien untu bergerak, batuk lebih efektif dan napas lebih dalam untuk
mencegah kegagalan napas. ( pernapasan )
5.Berikan atau bantu dengan IPPB, spirometriinsentif, meniup botol, drainase postural / perkusi
sesuai indikasi.
Rasional : Memperbaiki ekspansi paru / vemntilasi dan mudahkan pembuangan sekret.
Catatan : Drainase postuural dapat dikotraisdikasikan pada beberapa pasien dan pada setiap
kejadian harus dilakukan untuk mencegah gangguan pernapasan dan ketidaknyamanan insisi.
6.Gunakan oksigen, humidifikasi / nebuliser. Berikan cairan tambahan melalui IV sesuai indikasi
Rasional : Memberikan hidrasi maksimal membantu penghilangan / pengenceran sekret untuk
meningkatkan pengeluaran
Rasional : Mendorong pasien untu bergerak, batuk lebih efektif dan napas lebih dalam untuk
mencegah kegagalan napas. ( pernapasan )
5.Berikan atau bantu dengan IPPB, spirometriinsentif, meniup botol, drainase postural / perkusi
sesuai indikasi.
Rasional : Memperbaiki ekspansi paru / vemntilasi dan mudahkan pembuangan sekret.
Catatan : Drainase postuural dapat dikotraisdikasikan pada beberapa pasien dan pada setiap
kejadian harus dilakukan untuk mencegah gangguan pernapasan dan ketidaknyamanan insisi.
6.Gunakan oksigen, humidifikasi / nebuliser. Berikan cairan tambahan melalui IV sesuai indikasi
Rasional : Memberikan hidrasi maksimal membantu penghilangan / pengenceran sekret untuk
meningkatkan pengeluaran
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekaran saraf oleh tumor paru
Intervensi
1.Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri ( P,Q,R,S,T ) misal : terus-menerus,
sakit menusuk, terbakar. Buat skala nyeri 0-10 rentang intensitasnya.
Rasional : Membantu dalam mengevaluasi gejala nyeri karena kanker yang dapat melibatkan
visera, saraf atau jaringan tulang. Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam
mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat unutk evaluasi keefektifan analgetik,
meningkatkan kontrol nyeri
2.Kaji pertanyaan verbal dan non verbal nyeri pasien
Rasional : Ketidak sesuaian antara petunjuk verbal atau non verbal dapat memberikan petunjuk
derajat nyeri, kebutuhan / keefektifan intervensi
3.Berikan tindakan kenyamanan. Misal : sering ubah posisi, pijat punggung, sokongan bantal,
dorong penggunaan teknik relaksasi, misal : visualisasi, bimbingan imajinasi danaktivitas hiburan
yang tepat.
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian. Menghilangkan ketidak nyamanan
dan meningkatkan efek terapeutik analgesik
4.Bantu aktivitas perawatan diri, pernapasan / latihan tangan dan ambulasi
Rasional : Mencegah kelemahan yang tidak perlu dan regangan insisi
Mendorong dan membantu fisik mungkin diperlukan untuk beberapa waktu sebelum
pasien merasa percaya diri untuk melakukan aktivitas ini karena nyeri atau takut nyeri
5.Berikan analgetik rutin sesuai indikasi, khususnya 45-60 menit sebelum tindakan napas dalam /
latihan batuk. Bantu sengan PAC atau analgesik melalui kateter epidural.
Rasional : Mempertahankan kadar obat lebih konstan menghindari “ puncak ” periode nyeri, alat
dalam menyembuhkan otot dan memperbaiki fungsi pernapasan dan kenyamann /
koping emosi
Intervensi
1.Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri ( P,Q,R,S,T ) misal : terus-menerus,
sakit menusuk, terbakar. Buat skala nyeri 0-10 rentang intensitasnya.
Rasional : Membantu dalam mengevaluasi gejala nyeri karena kanker yang dapat melibatkan
visera, saraf atau jaringan tulang. Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam
mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat unutk evaluasi keefektifan analgetik,
meningkatkan kontrol nyeri
2.Kaji pertanyaan verbal dan non verbal nyeri pasien
Rasional : Ketidak sesuaian antara petunjuk verbal atau non verbal dapat memberikan petunjuk
derajat nyeri, kebutuhan / keefektifan intervensi
3.Berikan tindakan kenyamanan. Misal : sering ubah posisi, pijat punggung, sokongan bantal,
dorong penggunaan teknik relaksasi, misal : visualisasi, bimbingan imajinasi danaktivitas hiburan
yang tepat.
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian. Menghilangkan ketidak nyamanan
dan meningkatkan efek terapeutik analgesik
4.Bantu aktivitas perawatan diri, pernapasan / latihan tangan dan ambulasi
Rasional : Mencegah kelemahan yang tidak perlu dan regangan insisi
Mendorong dan membantu fisik mungkin diperlukan untuk beberapa waktu sebelum
pasien merasa percaya diri untuk melakukan aktivitas ini karena nyeri atau takut nyeri
5.Berikan analgetik rutin sesuai indikasi, khususnya 45-60 menit sebelum tindakan napas dalam /
latihan batuk. Bantu sengan PAC atau analgesik melalui kateter epidural.
Rasional : Mempertahankan kadar obat lebih konstan menghindari “ puncak ” periode nyeri, alat
dalam menyembuhkan otot dan memperbaiki fungsi pernapasan dan kenyamann /
koping emosi
3. Ketakutan / ansietas berhubungan dengan ancaman / perubahan status kesehatan
Intervensi
1.Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang diagnosa
Rasional : Pasien atau orang terdekat mendengar atau mengasimilasi informasi baru yang
meliputi perubahan ada gambaran diri dan pola hidup
2.Akui rasa takut / masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan
Rasional : Dukungan memampukan pasien membuka / menerima kenyataan kanker dan
pengobatan
3.Berikan kesempatan untuk bertanya dan jawab dengan jujur. Yakinkan bahwa pasien dan
pemberi perawatan mempunyai pemahaman yang sama.
Rasional : Membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi atau salh interprestasi
terhadap informasi
Intervensi
1.Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang diagnosa
Rasional : Pasien atau orang terdekat mendengar atau mengasimilasi informasi baru yang
meliputi perubahan ada gambaran diri dan pola hidup
2.Akui rasa takut / masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan
Rasional : Dukungan memampukan pasien membuka / menerima kenyataan kanker dan
pengobatan
3.Berikan kesempatan untuk bertanya dan jawab dengan jujur. Yakinkan bahwa pasien dan
pemberi perawatan mempunyai pemahaman yang sama.
Rasional : Membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi atau salh interprestasi
terhadap informasi
4.Terima penyangkalan pasien tapi jangan dikuatkan
Rasional : Bila penyangkalan ektrim atau ansietas mempengaruhi kemajuan penyembuhan,
menghadapi isu pasien perlu dijelaskan dan membuka cara penyelesaian
5.Catat komentar atau perilaku yang menunjukkan menerima dan atau menggunakan strategi
efektif menerima situasi
Rasional : Takut atau ansietas menurun, pasien mulai menerima / secara positif dengan
kenyataan. Indiokator kesiapan pasien untuk menerima tanggung jawab untuk
berpartisipasi dalam penyembuhan dan untuk berpartisipasi dalam penyembuhan dan
untuk mulai hidup lagi.
Rasional : Bila penyangkalan ektrim atau ansietas mempengaruhi kemajuan penyembuhan,
menghadapi isu pasien perlu dijelaskan dan membuka cara penyelesaian
5.Catat komentar atau perilaku yang menunjukkan menerima dan atau menggunakan strategi
efektif menerima situasi
Rasional : Takut atau ansietas menurun, pasien mulai menerima / secara positif dengan
kenyataan. Indiokator kesiapan pasien untuk menerima tanggung jawab untuk
berpartisipasi dalam penyembuhan dan untuk berpartisipasi dalam penyembuhan dan
untuk mulai hidup lagi.
12. DAFTAR PUSTAKA
1. Alsagaaaff, Hood. dkk. 1993. Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : AirLangga University Press.
2. Amin, Zulkifli. 1996. Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Jilid II. Jakarta : Erlangga
3. Davey, Patrick. 2003. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga.
4. Doengoes, Marylin. dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan 5. 5. Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S. Jakarta :
EGC
6. Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume I. Jakarta : EGC
1. Alsagaaaff, Hood. dkk. 1993. Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : AirLangga University Press.
2. Amin, Zulkifli. 1996. Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Jilid II. Jakarta : Erlangga
3. Davey, Patrick. 2003. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga.
4. Doengoes, Marylin. dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan 5. 5. Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S. Jakarta :
EGC
6. Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume I. Jakarta : EGC