Senin, 08 Agustus 2011

ASKEP Sepsis

Sepsis
1.Defenisi
Sepsis Neonatorum adalah suatu infeksi bakteri berat yang menyebar keseluruh tubuh bayi baru lahir. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab dari 30% kematian pada bayi baru lahir. .Infeksi bakteri dari 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 3 kali lebih sering menyerang bayi laki laki.
Sepsis mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi baru lahir, tetapi kebanyakan baru muncul dalam waktu 12 jamsetelah lahir.  Dan sepsis yang baru timbul dalam waktu 4 hari/ lebih memungkinkan disebabkan oleh infeksi Nosokomial.
2.    Etiologi
-          Bakteri escherichia koli
-          Streptococus group B
-          Stophylococus aureus
-          Enterococus
-          Listeria monocytogenes
-          Klepsiella
-          Entererobacter sp
-          Pseudemonas aeruginosa
-          Proteus sp
-          Organisme anaerobic

Penyebabnya biasanya adalah infeksi bakteri. Resiko terjadinya sepsis  mei pada
-          Ketuban pecah sebelum waktunya (kpd)
-          Pendarahan atau infeksi pada ibu.
3.    Tanda dan Gejala
-          Bayi tampak lesu
-          Tidak kuat menghisap
-          Denyut jantung lambat
-          Jaundice (kuning)
-          Muntah
-          Diare
-          Suhu tubuh turun naik
-          Gangguan pernafasan
-          Kejang
-          Perut Kembung
Gejalanya tergantung kepada sumber energi dan penyebarannya:
-          Infeksi pada tali pusat (ompalitis) bisa menyebabkan keluarnya nanah/darah dari tali pusat.
-          Infeksi ada selaput otak (meningitis) atau abses otak bisa menyebabkan koma, kejang, opistotonus ( posisi tubuh melengkung kedepan) atau penonjolan pada ubun ubun.
-          Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan/tungkai yang terkena terasa hangat.
-          Infeksi pada selaput perut peritonitis) bisa menyebabkan pembengkakan perut dan diare berdarah.


4.    Pemeriksaan Diagnosif
-          Pemeriksaan mikrokopis maupun pembiaakan terhadap contoh darah air kemih, jika diduga suatu meningitis, maka dilakukan fungsi lumbal
-          Bila sindroma klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis secara menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, fungsi lumbal, analisis dan kultur urin.

5.    Komplikasi
-          Spasme otot faring yang menyebabkaan terkumpulnya air liur didalam rongga mulut dan keadaan ini memungkinkan terjaadinya aspirasai serta dapat menyebabkan pnemonia aspirasi.
-          Aspiksia
-          Kejang
-          Fraktur kompresi
-          Atekektasis karena obstruksi skret

6.    Fato fisiologi
Melalui Air Ketuban                      Bakteri                                    Infeksi pada Ibu
                                                                              
                                           Masuk kedalam tubuh janin                            Pepitonitis
                                                                                                                   Ompalitis
                                           Terjadinya Infeksi awal   .                              Meningitis
                                                                                                                   Osteomietis
                                           Infeksi/Kuman menyebar                   
                                           Keseluruh tubuh janin

Hipotalanus                 Organ Hati                  Organ pernafasan             SistemGastrointestinal
Berespon menghasil    Erirtosit banyak           G3 sirkulasi O2                          Muntah, Diare
kan panas tubuh          Dilisis                                 CO2                                   Malas menghisap
Hipertermia                 Fungsi tidak                Bayi akan sesak                         mk:G3 Volume
                                    Optimal                                                                       cairandan elektrolit
                                    Hiperbilirubin              mk:G3 pola nafas
                                    Jaundice (ikterif)
                                    Ke Otak
                                    Enselopati
                                    Kemit ikterik(kejang)
                                    mk: resiko cedera

7.                  Penatalaksanaan Mandiri dan Medis
-       Anti biotika: amphisilin, gantamisin dan kanamisin secara intraavena/intrakuskuler
-       Pengobatan Suportif: penatalaksanaan keseimbangan cairan dan elektrolit, transfusi kukar, pengobatan terhadap Dic, dan bantuan yang penting bagi pengobatan antibidik.


8.                            Pencegahan
-       Pada masa antenatal
Pemeriksaan kepada ibu secara berkala,imunisasi,asupan gizi yang memadai.
-       Pada masa bersalinan
Perawatan ibu selama bersalinan di lakukan secara aseptik.
-       Pada masa paska persalinan
-       Rawat gabung bila bayi normal, berikan ASI selamanya, jaga lingkungan dan peralatan teatap bersih, perawatan luka umbilikus serta steril.
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
·                          Aktivitas/istirahat
Gejala: malaise
·                          Sirkulasi
Tanda: tekanan darah normal/sedikit dibawah jangkauan normal denyut perifer
kuat,cepat,takikardia (syok).
·                          Eliminasi
Gejala: diare
·                     Makanan dan Minuman
Gejala: anoreksia, mual, munta
·                     Neurosensori
Gejala: Sakit kepala, pusing, pingsan
Tanda: gelisah, ketakutan
·                     Nyeri / Keamanan
Gejala: abdomiral
           
·                Pernafasan
Gejala: tacipnea, infeksi paru, penyakit vital
Tanda: Suhu naik( 39,95OC) kadang abnormal dibawah 39,95OC
·                     Seksualitas
Gejala:  puripus perineal
Tanda: magerasi vulvaa – pengeringan vaginal purulen
·           Penyuluhan Pembelajaraan
Gejala: masalah kesehatan kronis riwaayat selenektomi penggunaan antibiaotik
2.  Diagnosa Keperawatan
a.       Resiko tinggi terhadap infeksi (progesi dari sepsis ke syok sepsis) berdasarkan prosedur invasif, pemajanan lingkungan (nasokomial).
Intervensi
1)   Berikan isolasi/pantau pengunjung sesuai indikasi
2)   Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukaan aktivitas walaupun menggunakan sarung tangan steril.
3)   Dorong penggantian posisi , nafas dalama/ batuk.
4)   Batasi penggunaan alat/prosedur invasif jika memungkinkan
5)   Pantau kecendrungan suhu.
Rasional
1)   Isolasi luka linen dan mencuci tangan adalah yang dibutuhkan untuk mengalirkan luka, sementar pengunjung untuk menguranagi kemungkinan infeksi.
2)   Mengurangi kontaminasi ulang.
3)   Bersihkan paru yang baaik untuk mencegah pnemoniaa
4)   Mencegah penyebaran infeksi melalui proplet udaraa.
5)   Demam ( 38,5OC- 40OC) disebabkan oleh efek dari endotoksinhipotalkus dan endofrin yang melepaskan pirogen.
2.    Hipertermia berdasarkan peningkatan tingkat metabolisme, penyakit dehidrasi, efek langsung dari sirkulasiedotoksia pada hipotalamus perubahan pada reguasi temperataif.
      
       Intervensi
1)                  Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil / diaporesis.
2)                  Pantau suhu linkungan, batasi / tambahkan linen tempat tidur, sesuai indikasi.
3)                  Berikan kompres hangat.
Rasional
1)                  Suhu  38,9OC- 41,1OC menunjukakana proses penyakit infeksius akut.
2)        Suhu ruangan / jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankana sushu mendekati normala.
3)                  Dapat membantu mengurangi demam.
3.    Kekurangan volume cairan berdasaarkan peningkataaan jelas padaa vasodilatif maatif/ kompurtmen vaskuler dan permeabilitas kapiler/kebocvoran cairan kedalam lokasi interstisial (ruang ketiga)
       Intervensi
1)        Ukur / kadar urine dan berat jenis datat ketidaak seimbangan masukan dan keluaraan kumulatif dihubungkan dengan berat badan setiapa hari, dorong masukan cairan oral sesuai toleransi.
2)                  Palpasi denyut peripher
3)                  Kaji membran mukosaa kering, turgor kulit yang kurang baik, dan rasa haaus.
4)                  Amat odema dependem/ periper pada skrotum, punggung kaki.
      
       Rasional
1)                  Pengurangan dalam sirkulasi volume cairan dapat mengurangi tekanan darh.
2)                  Denyut yang lemah, mudah hilang dapat menyebabkan hipovolemia.
3)                  Hipovomelemia/cairan ruang ketiga akan memperkuat tanda tanda dehidrasi.
4)        Kehilangan cairan dari komparlemen vaskuler kedalam ruangaan intersilikal akan menyebabkan edema jaringan.

Daftar Pustaka :


Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

Tucker Susan Martin, at al.,1999, Standar Perawatan Pasien, Proses Keperawatan, Diagnosis dan evaluasi, EGC, Jakarta.

Dongoes, Marlynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC