BAB I
LUKA BAKAR
A. Definisi
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api, cairan panas, listrik, dll). Atau zat-zat yang bersifat membakar (asam, kuat, basa kuat). Luka bakar merupakan salah satu jenis luka yang paling sering dialami oleh tiap orang, terutama anak-anak, setelah kecelakaan. Derajatnya berbeda-beda, dari luka bakar yang paling ringan yaitu akibat sengatan matahari, hingga yang terberat, menyebabkan kematian. Luka bakar yaitu luka yang disebabkan oleh suhu tinggi, dapat disebabkan banyak faktor, yaitu fisik seperti api, air panas, listrik seperti kabel listrik yang terbuka, petir atau bahan kimiawi seperti asam atau basa kuat.
B. Etioligi
Panas bukan merupakan satu-satunya penyebab dari luka bakar, beberapa jenis bahan kimia dan arus listrik juga bisa menyebabkan terjadinya luka bakar. Biasanya bagian tubuh yang terbakar adalah kulit, tetapi luka bakar juga terjadi pada jaringan dibawah kulit, bukan organ dalampun bisa mengalami luka bakar meskipun kulit tidak terbakar. Sebagai contoh, meminum minuman yang sangat panas atau zat kaustik (misalnya asam) bisa menyebabkan luka pada lerongkongan dan lambung. Menghirup asap dan udara panas akibat kebakaran gedung bisa menyebabkan terjadinya luka bakar pada paru-paru. Luka bakar listrik bisa disebabkan oleh suhu diatas 4982o celsius, yang dihasilkan oleh suatu arus listrik yang mengalir dari sumber listrik kedalam tubuh manusia.
Resistensi (kemampuan tubuh untuk menghentikan atau memperlambat aliran listrik) yang tinggi terjadi pada kulit yang bersentuhan dengan sumber listrik, karena itu pada kulit tersebut banyak energi listrik yang diubah menjadi panas sehingga permukaannya terbakar. Luka bakar listrik juga menyebabkan kerusakan jaringan dibawah kulit yang sangat berat. Ukuran dan kedalamannya bervariasi dan bisa menyerang bagian tubuh yang jauh lebih luas dari pada bagian kulit yang terbuka. Kejutan listrik yang luas bisa menyebabkan pada sistem pernafasan dan gangguan irama jantung sehingga denyut jantung menjadi tidak beraturan. Luka bakar kimia bisa disebabkan oleh sejumlah iritan dan racun, termasuk asam dan basa yang kuat, fenol dan kresol (pelarut organik), gas mustard dan fosfat.
C. Manifestasi Klinis
Beratnya luka bakar tergantung kepada jumlah jaringan yang terkena dan kedalaman luka :
1. Luka bakar derajat I
Merupakan luka bakar yang paling ringan. Kulit yang terbakar menjadi merah, nyerim sangat sensitif terhadap sentuhan dan lembab atau membengkok. Jika ditekan, daerah yang terbakar akan memutih; belum terbentuk lepuhan.
2. Luka bakar derajat II
Menyebabkan kerusakan yang lebih dalam. Kulit melepuh, dasarnya tampak merah atau leputihan dan terisi oleh cairan kental yang jenih. Jika disentuh warnanya berubah menjadi putih dan terasa nyeri.
3. Luka bakar derajat III
Menyebabkan kerusakan yang paling dalam. Permukaannya bisa berwarna putih dan lembut atau berwarna hitam, hangus dan kasar. Kerusakan sel darah merah pada daerah yang terbakar bisa menyebabkan luka bakar berwarna terang. Kadang daerah yang terbakar melepuh dan rambut/bulu di tempat tersebut mudah dicabut dari akarnya. Juka disentuh, tidak timbuk rasa nyeri karena ujung saraf pada kulit telah mengalami kerusakan.
D. Kedalaman Luka Bakar
1. Luka bakar derajat 1 (luka bakar superfisial)
Kerusakan yang ditimbulkan luka bakar derajat ini hanya sebatas permukaan kulit luar, yang disebut dengan lapisan epidermis. Biasanya lukanya kering, kemerahan, dan tidak ada bekas luka.
Pertolongan pertama, biasanya segera diguyur dengan air dingin yang mengalir untuk mengurangi panas dan mencegah kerusakan jaringan yang lebih luas. Biasanya penyebuhan luka bakar derajat satu ini membutuhkan waktu 5-10 hari.
2. Luka bakar derajat 2 (luka bakar dermis)
Luka bakar derajat dua ini tidak hanya lapisan luar yang kena, tapi lapisan lebih dalam juga terkena, yaitu lapisan epidermis ditambah sebagaian lapisan dermis. Biasanya luka mengeluarkan cairan. Terlihat adanya berjalan/gelembung yang berisi cairan bening. Terasa nyeri sekali karena ujung saraf nyeri terangsang. Jika kita amati, pada dasar luka terlihat merah atau pucat, sering terlihat lebih tinggi dari kulit normal di sekitarnya.
Untuk luka yang sampai seperti ini, sebenarnya dibiarkan juga akan sembuh dengan sedikitnya, bisa sampai 10 hingga 14 hari. Yang harus diingat, kalau terjadi luka bakar seperti ini, sebaiknya luka dijaga kebersihannya, kalau perlu dibersihkan dengan obat antiseptik. Jika terjadi infeksi, akan memperlama proses penyembuhan lukanya. Untuk luka bakar derajat dua ini sebaiknya memang benjolan berisi air yang timbul jangan sampai pecah, karena biasanya kalau sampai pecah, dapat terjadi infeksi dan menimbulkan bekas luka yang sulit hikang. Jika luka memang sudah terbuka, kita bisa kedokter untuk minta obat cream antibiotik sebagai pencegahan agar tidak terjadi infeksi.
3. Luka bakar derajat 3
Sebaiknya, kalau kita kenali gejala-gejala luka bakar derajat 3 ini, segera ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan segera. Pada luka bakar ini, kerusakan jaringan sudah meliputi seluruh lapisan kulit, bahkan bisa lebih dalam lagi. Luka sudah mengenai semua organ dikulit, misalnya akar rambut, kelenjar lemak kulit, dan kelenjar keringat juga mengalami kerukan.
Pada luka bakar ini malah tidak dijumpai gelembung berisi cairan lagi, tapi luka terkesan kering, berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering, biasanya permukaannya lebih rendah dari kulit sekitarnya. Pada luka bakar ini malah tidak terasa nyeri karena ujung-ujung saraf juga ikut rusak.
E. Berat Luka Bakar
(berdasarkan derajat luasnya kulit yang terkena)
- Ringan : luka bakar derajat I atau derajat I atau derajat II seluas < 15% atau derajat II seluas < 2%
- Sedang : luka bakar derajat II seluas 10-15% atau derajat II seluas 5-10%
- Berat : luka bakar derajat II seluas > 20% atau derajat III seluas > 10% atau mengenai wajah, tangan-kaki, alat kelamin/persendian sekitar ketiak atau akibat listrik tegangan tinggi (< 1000V) atau dengan komplikasi patah tulang/ kerusakan jaringan lunak/gangguan jalan nafas.
F. Luas Luka Bakar
1. Perhitungan luas luka bakar antara lain berdasrkan rule of nine dari wallace, yaitu :
- Kepala dan keher : 9%
- Ekstremitas atas : 2x9% (kiri dan kanan)
- Paha dan betis kaki : 4x9% (kiri dan kanan)
- Dada, perut, punggung, bokong : 4x9%
- Perineum dan genitalia : 1%
2. Rumus tersebut tidak digunakan pada anak dan bayi karena luas relatif permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Oleh karena itu, digunakan rumusan 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 dari luna dan browder untuk anak. Dasar prestasi yang digunakan dalam rumus-rumus tersebut diatas adalah luas telapak tangan dianggap : 1%.
G. Penatalaksanaan :
- Menurut derajat Luka Bakar.
Derajat 1 : cuci larutan antiseptik dan beri analgesik. Bila mengenai daerah muka, genital rawat inap.
Derajat 2 : inj. TAS 1500 IU im atau inj. Tetanus Toksid (TT) 1 ml im.
Derajat 2 : tidak luas tetapi terbuka : dicuci dengan larutan antiseptik, ditutup kasa steril, beri zalf levertran. Bila tidak ada tanda infeksi, kasa diganti tiap 2 minggu.
Derajat 3 : rujuk ke RSUD dengan infus terpasang.
- Menurut Berat Luka Bakar
Ringan tanpa komplikasi : berobat jalan
Sedang : sebaiknya rawat inap untuk observasi
Berat : rujuk ke RSUD dengan infus terpasang.
Indikasi Rawat Inap
Luka bakar didaerah wajah dan leher
Luka bakar didaerah tangan
Luka bakar di daerah mata
Inhalasi
Luka bakar bisa membuat seseorang menderita, bahkan meninggal. Semua ini tergantung derajat kedalaman dan kerusakan jaringan yang diakibatkan luka bakar itu. Misalnya kita harus memberikan perhatian pada luas dan bagian tubuh yang terbakar. Luas luka yang lebih dari 25 persen permukaan tubuh harus diwaspadai. Demikian juga halnya dengan bagian tubuh yang penting, misalnya wajah, jalan nafasm leher, dan alat kelamin.
H. Perawatan
Terdapat tiga prioritas penting dalam perawatan luka bakar ringan.
- Selalu dahulukan tindakan medis dan bedah. Sebagai contoh dalam menghadapi seorang pasien yang mengalami kesulitan bernafas, prioritas pertama kita ialah mengatasi msalah pernafasan.
- Setelah tuntas dengan urusan emergency, baru kita berupaya memeprtahankan bentuk dan fungsi bagian tubuh yang terkena luka bakar.
- Prioritas berikutnya ialah upaya mencintapkan penampakan jaringan parut sebaik mungkin. Hal ini merupakan problem utama dari pasien-pasien luka bakar. Upaya terpenting yang bisa dikaerjakan ialah dengan pemberian tekanan diatasnya selama 6 – 12 bulan.
Pasien dapat menunggu terjadinya pertumbuhan kulit baru. Penantian ini umunya memakan waktu yang lebih lama. Lternatif yang lebih cepat ialah dengan skin graft (cangkok kulit).
Cara ini dikerjakan dengan mengambil kulit dari suatu bagian tubuh yang kemudian ditanam pada daerah yang memerlukan. Lokasi pengambilan (donor site) biasanya di daerah paha karena ini lebar dan gampang sembuh. Agar pertumbuhan terjadi, dibutuhkan beberapa syarat.
Kulit donor haruslah kulit yang sehat. Lokasi resipien (tempat donor ditanam) mesti memiliki jaringan pembuluh darah yang baik. Jika tidak, kulit donor tidak akan bisa tumbuh. Stetelah kulit donor diletakkan, satu-satunya hal yang mesti dikerjakan ialah membiarkannya.
Jangan memberi tekanan apapun. Kita hanya melindungi cangkok tersebut dan menantinya tumbuh. Umumnya petumbuhan akan terjadi dalam 4 -7 hari.
I. Pengobatan
Sekitar 85% luka bakar bersifat ringan dan penderitanya tidak perlu dirawat di rumah sakit. Untuk membantu menghentikan luka bakar dan mencegah luka lebih lanjut, sebaiknya lepaskan semua pakaian penderita. Kulit segera dibersihkan dari bahan kimia (termasuk asam, basa dan senyawa organik) dengan mennguyurnya dengan air.
Penderita perlu dirawat di rumah sakit jika :
- Luka bakar mengenai wajah, tangan, alat kelamin atau kaki
- Penderita akan mengalami kesulitan dalam merawat lukanya secara baik dan benar di rumah
- Penderita berumur kurang dari 2 tahun atau lebih dari 70 tahun
- Terjadi luka bakar pada organ dalam
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Gejala :
- Nyeri / tidak
- Adanya pamas / dingin
- Perubahan warna kulit
- Terdapat lesi / tidak
- Warna Kulit
- Distribusi Pigementasi
- Adanya Kemerahan
- Kelembaban dan kebersihan kulit
B. Diagnosa Yang Mungkin Muncul
1. Risiko tinggi terhadap tidak efektif bersihan jalan nafas YBD obtruksi trakiobronkial : edema mukosa dan hilangnya kerja silia (inhalasi asap ; luka bakar seputar leher, kompresi jalan nafas torak dan dada atau keterbatasan pengembangan dada.
2. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan YBD kehilangan cairan melalui rute abnormal, contoh luka bakar
3. Risiko tinggi terhadap infeksi YBD pertahanan primer tidak adekuat: kerusakan pelindungan kulit, jaringan traumatic.
4. Nyeri (Akut) YBD kerusakan kulit /jaringan, pembentukan edema.
5. Risiko tinggi terhadap perubahan / disfungsi neurovaskuler perifer perfusi jaringan YBD penurunan aliran darah arterial / vena, contoh luka baker seputar ekstermitas dengan edema.
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh YBD hipermetabolik (sebanyak 50% - 60% lebih besar dari proporsi normal pada cedera berat).
7. Kerusakan mobilitas fisik YBD gangguan neuromaskuler, nyeri / tidak nyaman, penurunan kekurangan dan tahanan.
8. Kerusakan integritas kulit YBD trauma: kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial / luka bakar dalam ).
C. Intervensi dan Rasional
Intervensi
|
Rasional
|
1. Perhatikan adanya pucat atau warna buah ceri merah pada kulit yang cidera.
2. Tinggikan kepala tempat tidur. Hindari penggunaan bantal di bawah kepala, sesuai indikasi.
3. Selidiki perubahan perilaku/mental contoh gelisah, agitasi, kacau mental.
4. Awasi 24 jam keseimbangan cairan cairan, perhatikan variasi / perubahan.
5. Siapkan / bantu intubasi atau trakeostomi sesuai indikasi
|
Dengan adanya hipoksemia atau karbon monoksida
Meningkatkan ekspansi paru optimal / fungsi pernafasan. Bila kepala / leher terbakar, bantal dapat menghambat pernafasan, menyebabkan nekrosis pada kartilago telinga yang terbakar dan meningkatkan kontriktur leher.
Meskipun sering berhubungan dengan nyeri, perubahan kesadaran dapat menunjukkan terjadinya / memburuknya hipoksia.
Perpindahan cairan atau kelebihan penggantian cairan meningkatkan resikoedema paru. Catatan : cedera inhalasi meningkatkan kebutuhan cairan sebanyak 35% atau lebih karena edema.
Intubasi atau dukungan mekanikal dibutuhkan bila jalan nafas edema / luka bakar mempengaruhi fungsi paru atau oksigenasi.
|
BAB III
PENUTUP
· KESIMPULAN
Luka bakar (Combustio) adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api, cairan panas, listrik dll). Beratnya luka bakar tergantung kepada jumlah jaringan yang terkena dan kedalaman luka. Kedalaman luka bakar dapat dibagi menjadi 3 yaitu luka bakar derajat I, luka bakar derajat 2, dan luka bakar derajat 3. berat luka bakar dapat dibagi menjadi 3 yaitu ringan, sedang, dan berat. Luka bakar dapat dihitung dengan berdasarkan rumus rule of nine dari wallace.
· SARAN
Luka bakar (cambustio) dapat disebabkan oleh benda-benda yang menghasilkan panas misalnya api, cairan panas, listrik, dll. Oleh sebab itu, kita harus berhati-hati jika brdekatan dengan bahan-bahan tersebut , karena luka bakar ini menjadi penyebab kematian terbesar terutama pada anak dan lansia, setelah kecelakaan.
Brunner and suddart. (1988). Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth Edition. J.B. Lippincott Campany. Philadelpia. Hal. 1293 – 1328.
Carolyn, M.H. et. al. (1990). Critical Care Nursing. Fifth Edition. J.B. Lippincott Campany. Philadelpia. Hal. 752 – 779.
Carpenito,J,L. (1999). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2 (terjemahan). PT EGC. Jakarta.
Djohansjah, M. (1991). Pengelolaan Luka Bakar. Airlangga University Press. Surabaya.
Doenges M.E. (1989). Nursing Care Plan. Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). F.A. Davis Company. Philadelpia.
Donna D.Ignatavicius dan Michael, J. Bayne. (1991). Medical Surgical Nursing. A Nursing Process Approach. W. B. Saunders Company. Philadelphia. Hal. 357 – 401.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Goodner, Brenda & Roth, S.L. (1995). Panduan Tindakan Keperawatan Klinik Praktis. Alih bahasa Ni Luh G. Yasmin Asih. PT EGC. Jakarta.
Guyton & Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta
Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Volume I. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.
Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya. (2001). Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan (PKB V) Tema: Asuhan Keperawatan Luka Bakar Secara Paripurna. Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.
Jane, B. (1993). Accident and Emergency Nursing. Balck wellScientific Peblications. London.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.
Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.
R. Sjamsuhidajat, Wim De Jong. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Senat Mahasiswa FK Unair. (1996). Diktat Kuliah Ilmu Bedah 1. Surabaya.
Sylvia A. Price. (1995). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4 Buku 2. Penerbit Buku Kedokteran Egc, Jakarta