Kamis, 15 September 2011

ASKEP Ostoemalasia

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Sebagaimana diketahui salah satu mineral utama penyusun tulang adalah kalsium. Kurangnya konsumsi kalsium akan mengakibatkan berkurangnya kalsium yang terdapat pada tulang, sehingga lama kelamaan akan terjadi perubahan pada mikroarstektur tulang dan tulang menjadi lunak Akibatnya tulang menjadi kehilangan kepadatan dan kekuatannya, sehingga mudah retak/patah.
Osteomalasia ialah perubahan patologik berupa hilangnya mineralisasi tulang yang disebabkan berkurangnya kadar kalsium fosfat sampai tingkat di bawah kadar yang diperlukan untuk mineralisasi matriks tulang normal, hasil akhirnya ialah rasio antara mineral tulang dengan matriks tulang berkurang..
Banyak faktor yang dapat menyebabkan osteomalasia . Kekurangan kalsium dan vitamin D terutama di masa kecil dan remaja saat di mana terjadi pembentukan massa tulang yang maksimal, merupakan penyebab utama osteomalasia Konsumsi kalsium yang rendah atau menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium yang umumnya terjadi pada dewasa , dapat menyebabkan osteomalasia ,selain itu ganguan pada sindroma malabsorbsi usus ,penyakit hati ,gagal ginjal kronis dapat juga menyebab terjadinya osteomalasia
Terjadinya osteomalasia merupakan rangkaian awal terjadinya osteoporosis .pada saat sekarang ini angka kejadian tersebut sangat meningkat tajam baik pada anak – anak ,dewasa atau pun orang tua
Berdasarkan hasil penelitian University of Otago, Selandia Baru, bekerja sama dengan Seameo Tropmed RCCN, Universitas Indonesia dan Universitas Putra Malaysia, yang dipublikasikan European Journal of Clinical Nutrition tahun 2007, perempuan Indonesia hanya mengonsumsi 270 miligram kalsium per hari.
Hal tersebut berarti asupan perempuan Indonesia bahkan kurang dari 50% rekomendasi kalsium harian yang dibutuhkan untuk menjaga kekuatan dan kesehatan tulang.

Asupan yang kurang dari 50% rekomendasi harian tersebut bahkan juga terjadi di 9 negara Asia, seperti terlihat pada penelitian yang dilakukan Lyengar dan tim pada 2004. Kebutuhan kalsium yang dianjurkan per harinya adalah 1.000-1.200 mg.
Data kepadatan tulang yang dianalisa oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Gizi Bogor pada 2005, ditemukan bahwa 2 dari 5 orang Indonesia berisiko menderita kerapuhan tulang
Dari jumlah kejadian diatas dan kondisi penyakit yang memerlukan pendeteksian dan penanganan sejak dini, penulis tertarik untuk menulis makalah “ Asuhan Keperawatan osteomalasia
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan mengetahui tentang bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien Osteomalasia
1.2.2 Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu memberikan gambaran asuhan keperawatan meliputi :
· Mampu memberikan gambaran tentang pengkajian pada klien dengan Osteomalasia
· Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan Osteomalasia
· Mampu membuat rencana keparawatan pada klien dengan Osteomalasia
· Mampu menyebutkan faktor pendukung dan penghambat dalam asuhan keperawatan pada anak dengan Osteomalasi
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Definisi Osteomalasia
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan oleh kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak yang disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit). .( Smeltzer. 2001: 2339 )
Osteomalasia adalah penyakit pada orang dewasa yang ditandai oleh gagalnya pendepositan kalsium kedalam tulang yang baru tumbuh. Istilah lain dari osteomalasia adalah ”soft bone” atau tulang lunak. Penyakit ini mirip dengan rakitis, hanya saja pada penyakit ini tidak ditemukan kelainan pada lempeng epifisis (tempat pertumbuhan tulang pada anak) karena pada orang dewasa sudah tidak lagi dijumpai lempeng epifisis.( http://www.klikdokter.com/illness/detail/99 )
Osteomalasia ialah perubahan patologik berupa hilangnya mineralisasi tulang yang disebabkan berkurangnya kadar kalsium fosfat sampai tingkat di bawah kadar yang diperlukan untuk mineralisasi matriks tulang normal, hasil akhirnya ialah rasio antara mineral tulang dengan matriks tulang berkurang.
2.2 Etiologi Osteomalasia
Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami osteomalasia yaitu:
a. Anak kekurangan kalsium dan vitamin D. Anak yang kekurangan kalsium akan mengalami gangguan pada proses mineralisasi. Demikian juga apabila ia kekurangan vitamin D. Di dalam tubuh vitamin D berfungsi membantu penyerapan kalsium di dalam tubuh. Jika kedua unsur ini tidak terpenuhi makan tulang-tulang si kecil menjadi lunak dan mudah patah. Proses mineralisasi adalah proses proses terakhir pembentukan tulang. Jika kebutuhan kalsium anak tercukupi maka otomatis proses mineralisasi dalam tubuhnya akan berlangsung dengan baik.
b. Anak menderita gangguan hati seperti sirosis. Hal ini karena organ hatinya tak mampu memroses vitamin D sehingga fase mineralisasi tidak terjadi.
c. Adanya gangguan fungsi ginjal sehingga proses ekskresi/pembuangan kalsium akan meningkat. Dengan begitu proses mineralisasi akan terhambat.
d. Pemakaian obat dalam jangka waktu panjang. Pada kasus tertentu, efek pemakaian obat seperti streroid dalam jangka waktu yang panjang rentan terhadap penyakit ini.
e. Gangguan malabsorbsi
Penyebab utama osteomalasia yang terjadi setelah masa anak-anak ialah :
* Menurunnya penyerapan vitamin D akibat penyakit bilier, penyakit mukosa usus halus proksimal dan penyakit ileum.
* Peningkatan katabolisme vitamin D akibat obat yang me- nyebabkan peningkatan kerja enzim-enzim oksidase hati.
* Gangguan tubulus renalis yang disertai terbuangnya fosfat (acquired), renal tubular acidosis yang disertai disproteinemia kronik
2.3 Anatomi Fisiologi Tulang
Anatomi system skelet ada 206 tulang dalam tubuh manusia ,yang terbagi dalam kategori tulang panjang ,tulang pendek ,tulang pipih dan tulang tak teratur .Bentuk dan kontriksi tulang tertentu ditentukan oleh fungsi dan gaya yang bekerja padanya .
Tulang tersusun oleh jaringan tulang kanselus atau kortikal .tulang terdiri atas batang tulang ( diafisis ) yang terdiri darikortikal . ujung tulang panjang yang disebut epifisis dan terutama tersusun oleh tulang canselus .plat epifisis memisahkan epifisis dari diafisis dan merupakan pusat pertumbuhan longitudinal pada anak – anak .ujung tulang panjang di tutup oleh kartilago artikular pada sendi – sendinya .tulang panjang disusun untuk menyangga berat badan dan gerakan .tulang pendek terdiri dari tulang canselus ditutpi selapis tulang kompak ,tulang pipih merupakan tempat penting untuk hematopoesis ,dan sering memberikan perlindungan bagi organ vital .tulang pipih tersusun dari tulang calselus diantara 2 tulang kompak .tulang tak tetratur mempunyai bentuk yang unik ,sesuai dengan fungsinya.secara umum struktur tulang tak teratur sama dengan tulang pipih .
Tulang tersusun atas sel ,matriks tulang ,protein dan deposit mineral ,sel – sel nya terdiri atas 3 jenis dasar yaitu Ostoblas ,Osteosit dan Osteosklas .
Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang .matrik tulang tersusun atas 98% kolagen dan 2% substansi dasar dan proteiglikan .matrik merupakan kerangka dimana garam – garan mineral anorganik ditimbun .
Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam osteon . Osteoklas adalah sel multi nuclear yang berperan dalam penghancuran , resobsi dan remodeling tulang .osteon merupakan unit fungsional mikroskopis tulang dewasa .di tengah osteon terdapat kapiler .di keliling kapiler tersebut merupakan matrik tulng yang disebut lamella .di dalam lamella terdapat osteosit yang memperoleh nutrisi melaui proses yang berlanjut ke dalam kanalikuli yang halus .
2.4 Patofisiologi (WOC )
2.5 Manifestasi Klinis Osteomalasia
Umumnya gejala yang memperberat dari osteomalasia adalah :
* nyeri tulang dan kelemahan. Sebagai akibat dari defisiensi kalsium, biasanya terdapat kelemahan otot, pasien kemudian nampak terhuyung-huyung atau cara berjalan loyo/lemah.. Nyeri tulang yang dirasakan menyebar, terutama pada daerah pinggang dan paha
* Kemajuan penyakit, kaki terjadi bengkok (karena tinggi badan dan kerapuhan tulang), vertebra menjadi tertekan, pemendekan batang tubuh pasien dan kelainan bentuk thoraks (kifosis).
* Penurunan berat badan
* Anoreksia
Pada anak – anak
* Munculnya tonjolan tulang pada sambungan antara tulang iga dan tulang rawan di bagian dada.
* Tulang terasa lunak dan jika disenduh akan merasakan nyeri mengigit
* Sakit pada seluruh tulang tubuhnya
* Mengalami gangguan motorik karena kurang beraktivitas dan menjadi pasif.
* Merasakan sakit saat duduk&mengalami kesulitan bangun dari posisi duduk ke posisi berdiri.
* Mudah Sekali mengalami patah tulang. Terutama di bagian tulang panjang seperti tulang lengan atau tulang kaki.
2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medik
* Jika penyebabnya kekurangan vitamin D, maka dapat disuntikkan vitamin D 200.000 IU per minggu selama 4-6 minggu, yang kemudian dilanjutkan dengan 1.600 IU setiap hari atau 200.000 IU setiap 4-6 bulan.
* Jika terjadi kekurangan fosfat (hipofosfatemia), maka dapat diobati dengan mengonsumsi 1,25-dihydroxy vitamin D.
Penatalaksanan non medik
* Jika kekurangan kalsium maka yang harus dilakukan adalah memperbanyak konsumsi unsur kalsium. Agar sel osteoblas (pembentuk tulang) bisa bekerja lebih keras lagi. Selain mengkonsumsi sayur-sayuran, buah, tahu, tempe, ikan teri, daging, yogurt. Konsumsi suplemen kalsium sangatlah disarankan.
* Jika kekurangan vitamin D, sangat dianjurkan untuk memperbanyak konsumsi makanan seperti ikan salmon, kuning telur, minyak ikan, dan susu. Untuk membantu pembentukan vitamin D dalam tubuh cobalah sering berjemur di bawah sinar matahari pagi antara pukul 7 - 9 pagi dan sore pada pukul 16 -­ 17.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN OSTEOMALASIA
3.1 Pengkajian
a. Biografi Klien
Nama lengkap :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
Agama :
Status :
b. Riwayat Kesehatan
· RKS
¨ Pasien mengeluh nyeri tulang
¨ Ekstremitas disertai nyeri tekan
¨ Kelemahan otot
¨ Cara jalan bebek atau pincang
· RKD
¨ Kemungkinan klien pernah Malabsorbsi
¨ Kekurangan calsium dalam diet
¨ Klien pernah mengalami gagal ginjal kronik
¨ Klien pernah mengalami gangguan hati
· RKK
¨ Orangtua klien pernah mengalami osteomalasia
c. pemeriksaan Fisik
1. Ekstermitas
- Deformitas skelet
- Deformitas vertebra
- Deformitas lengkungan tulang panjang
- Otot Lemah
d. Data dasar Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
Tanda : keterbatasan fungsi pada bagian yang terkena, nyeri
2. Sirkulasi
Tanda : takikardia ( Respon stress )
3. Neurosensori
Gejala : hilang gerakan
Tanda : Deformitas local, kelemahan
4. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri tekan
    1. pemeriksaan diagnostik
Pada foto x – ray umumnya nampak kekurangan mineral dari tulang sangat nyata. Berdasar dari vertebra mungkin menunjukkan fraktur kompressi dengan nyeri pada ujung vertebra. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan lambatnya rata-rata serum kalsium dan jumlah fosfor serta kurangnya kenaikan alkaline phosfat. Ekskresi urine calsium dan creatinin lamba
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan kelemahan
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan program tindakan
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan tungkai melengkung, jalan bebek, deformitas vertebra
intervensi
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
1
2
3.
Nyeri berhubungan dengan kelemahan
Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan program tindakan
Gangguan konsep diri b/d tungkai melengkung, jalan bebek, deformitas vertebra
rasa nyeri berkurang.
Kriteria hasil :
· Klien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi dengan benar
· TTV klien normal
· Wajah klien tampak tenang dan tidak meringis
Menunjukkan peningkatan pengetahuan klien
Dan criteria hasil :
Mengetahui proses penyakit dan program tindakan
Menunjukkan keperacayaan diri mengenai kemampuannya
Kriteria hasil:
Meningkatkan tingkat kativitas klien
Meningkatkan interaksi sosial
· Kaji status nyeri ( lokasi, frekuensi, durasi, dan intensitas nyeri )
· Berikan lingkungan yang nyaman
· Ajarkan teknik manajemen nyeri seperti teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi.
Kolaborasi
Berikan analgesik sesuai kebutuhan untuk nyeri
· Kaji proses penyakit
· Diskusikan perlunya keseimbangan kesehatan , nutrisi
· Anjurkan pasien mengkonsumsi kalsium dan Vit, D sesuai jumlah terapeutik dan anjurkan pemajanan terhadap sinar matahari
· Menerangkan factor spesifik yang berperan dalam proses penyakit
· Memonitor tekanan rata-rata serum kalsium
· Mengajak pasien berdiskusi tentang body image dan metode koping yang efektif.
· Pasien diberi kesempatan untuk mengenal dan mengungkapkan perasaannya
· Membantu klien dalam interaksi sosia
· memberikan data dasar untuk menentukan dan mengevaluasi intervensi yang diberikan.
· meningkatkan relaksasi klien
· meningkatkan relaksasi yang dapat menurunkan rasa nyeri klien
· mengurangi nyeri dan spasme otot
Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi
Memberikan nutrisi optimal untuk meningkatkan regenerasi jaringan
Untuk mempercepat proses penyembuhan, Dimana target penting dan dibutuhkan untuk memproduksi vitamin D dalam tubuh.
Meminimalisasi kecemasan klien
Dosis yang tinggi dari vitamin D dapat menjadi racun dan faktor penunjang untuk terjadinya hypercalsemia
Untuk membangun sebuah hubungan kepercayaan pasien dalam hubungannnya dengan pelayanan perawat
Menciptakan partisipasi aktif pasien dan perawat dalam rangka mengontrol diri dan perasaannya untuk membantu memecahkan masalah
Membantu penerimaan klien akan keadaannya yang telah mengalami perubahan.

3.4 Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang dilakukan berdasarkan dari rencana yang telah disususun.
3.5. Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
a.Pemahaman tentang proses penyakit dan prosedur perawatan.
1.)Pasien mengetahui proses perjalanan penyakit dan prosedur perawatan.
2.)Penggunaan sesuai kebutuhan terapy calsium dan vitamin D.
3.)Menjemur dibawah sinar matahari.
4.)Memonitor rata-rata serum kalsium untuk kelanjutan kesembuhan penyakit.
5.)Selalu follow up tentang semua ketetapan perawatan kesehatan.
b.Mencapai pengurangan rasa nyeri.
1.)Pasien melaporkan adanya perasaan nyaman.
2.)Pasien melaporkan berkurangnya kelemahan tulang.
c.Menunjukkan peningkatan konsep diri.
1.)Menunjukkan saling percaya dalam percakapan pasien - perawat.
2.)Peningkatan tingkat aktivitas
3.)Peningkatan interaksi sosial
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan oleh kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak yang disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit). .( Smeltzer. 2001: 2339 )
Osteomalasia terjadi akibat defisiensi vitamin D ataupun akibat defisiensi kalsium.Penyakit malabsorbsi ,gangguan hati dan gagal ginjal kronik dapat juga mengakibatkan terjadinya osteomalasia
Adapun tanda dan gejala dari osteomalasia ini adalah nyeri tulang dan kelemahan. Sebagai akibat dari defisiensi kalsium, biasanya terdapat kelemahan otot, pasien kemudian nampak terhuyung-huyung atau cara berjalan loyo/lemah.. Nyeri tulang yang dirasakan menyebar, terutama pada daerah pinggang dan paha .Kemajuan penyakit, kaki terjadi bengkok (karena tinggi badan dan kerapuhan tulang), vertebra menjadi tertekan, pemendekan batang tubuh pasien dan kelainan bentuk thoraks (kifosis).dan banyak tanda dan gejala lainnya
4.2 Saran
Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai kelompok mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan teman – teman sesama mahasiswa. Selain itu penyakit osteomalasia ini sangat berbahaya dan kita sebagai host harus bisa menerapkan pola hidup sehat agar kesehatan kita tetap terjaga.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.
Doenges, E, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan keperawatan pasien. Edisi 3 . Jakarta : EGC.
Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Smeltzer & Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III. Edisi 8. Jakarta : EGC.