OMPHALOCELE
A. KONSEP TEORITIS
1 . Definisi
Omphalocele / Hernia adalah tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dinding rongga dimana organ tersebut seharusnya berada yang didalam keadaan normal tertutup.
2 . Patofisiologi
Hernia Inguinalis adalah prolaps sebagian usus kedalam annulus inguinalis diatas kantong skrotum, disebabakan karena kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat congenital.Hernia inkankereta terjadi bila usus yang prolaps itu menyebabkan kontriksi suplai darah kekantong skrotum. Bayi kemudian akan mengalami nyeri dan gejala-gejala obstruksi usus ( perut kembung, nyeri kolik abdomen, tidak ada platus, tidak ada feses, muntah ). Hidrokel komunikans selalu disertai hernia. Anak tersebut mula-mula menampakan benjolan atau tonjolan intermiten didaerah lipat paha, skrotum atau labia. Tonjolan tersebut akan membesar bila ada tekanan intra abdominal seperti pada saat menangis atau mengejan. Isi kantong hernia biasanya dapat dikurangi dengan memberikan tekanan perlahan. Biasanya dilakukan pemulihan melalui pembedahan
( Herniorafi ).
3 . Etiologi
· Genetik
· Infeksi bakteri, dan
· Konsumsi obat – oabatan selama kehamilan.
4 . Manisfestasi Klinis
· Menangis terus
· Muntah
· Distensi abdomen
· Feses berdarah
5 . Komplikasi
o Hernia kambuhan
o Hernia inkarserata
o Atropi gonat
6 . Penatalaksanaan
1) Anak–anak dengan hernia direncanakan untuk bedah elektif rawat jalan.
2) Insisi transpesal sepanjang 2-4 cm dibuat diatas saluran inguinalis.
3) Anak dengan dugaan inkarserata dirawat dirumah sakit, serta dilakukan operasi untuk mencegah nekrosis usus dan, pada anak laki-laki, infark testis.
4) Pada masa pascabedah anak-anak diobservasi selama 24 jam untuk mengkaji pulihnya fungsi gastrointestinal dan mendapatkan antibiotika secara intravena sebagai profilaksis. Analgesic diberikan untuk penatalaksanaan nyeri.
5) Makanan peroral diberikan lagi bila peristaltic usus anak sudah embali normal.
Kasus Omphalocele
Betapa kagetnya pasangan syamsudin (35 tahun )dan istrinya Hartiati lestari (27) warga desa sambi rejo kecamatan binjai kabupaten langkat saat melihat bayi yang dilahirkan istrinya pada rabu (2/4) tidak memiliki dinding perut. Anak kedua ari bersaudara itu juga tidak memiliki lubang anus.
“itu namanya omphalocele atau muara tali pusar tidak menyatu sehingga dinding perut perempuan itu tidak ada, “kata dari dr Cristoffel tobing SpOG (k), rabu (2/4) di RS Pirngadi Medan. Menurut Cristoffel, ada beberapa factor sehingga bayi tersebut lahir tidak normal. Diantaranya, factor keturunan atau bawaan lahir, atau karena bakteri atau obat yang diminum obatnya saat mengandung, sayangnya, ia tidak menjelaskan bakteri dan obat-obat seperti apa yang menyebabkan bayi yang menderita omphalocele.
Agar kasus serupa tidak terulang, dr Cristoffel menganjurkan pada ibu hamil agar menjaga masa kehamilannya terutama pada masa 12 minggu hingga 14 minggu, karena banyak ibu mengkosumsi obat-obatan yang dapat memberi efek samping dan menganggu tumbuh kembangnya.
Nenek si bayi, Jumiah (47) mengatakan, cucu keduanya itu lahir pada saat umur kandungan ibunya baru 8 bulan. Saat mengandung sampai dilahirkan tidak ada gejala keanehan pada ibu bayi. “ kami terkejut melihat bayi itu lahir dengan kondisi demikian” , ujararnya di IGD RSPM. Bayi itu lahir pada rabu pukul 09.30 dengan pertolongan bidan puskesmas.
Memang diakui jumiah, saat awal-awal kehamilan ibu bayi pernah mengeluh sakit gigi dan maag. “saat mengandung memang anak saya mengeluh sakit gigi dan maag. Kami membeli obat untuk menghilangkan sakit itu, “katanya.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
DATA FOKUS
Ds : Ibu K mengatakan bayinya lahir tidak mempunyai dinding perut dan tidak memiliki lubang anus.
- nenek klien mengatakan klien dilahirkan pada umur 8 bulan, selama kehamilan sampai dilahirkan tidak ada gejala pada ibu klien, saat kehamilan ibu klien mengeluh sakit gigi dan sakit maag.
- Nenek klien mengatakan membeli obat untuk menghilangkan sakit gigi dan sakit maag ibu klien.
Do : tampak klien tidak memiliki dinding perut dan tidak memiliki lubang anus.
DATA TAMBAHAN
Ds : ibu klien mengatakan klien menangis terus
- ibu klien mengatakan klien tidak nafsu makan, mual muntah / kembung
- ibu klien mengatakan tidak pernah BAB dan flatus.
- Ibu klien mengatakan cemas karena anaknya akan dilakukan operasi
- Ibu klien mengatakan takut jika tindakan operasinya tidak berasil
Do : kien tampak pucat/gelisah
- Dehidrasi
- Terdengar bising usus pada benjolan
- Ekspresi wajah ibu klien tampak tegang, cemas dan kwatir akan keselamatan anaknya.
- Anak tampak bekeringat
- Anak tampak menolak saat diberi ASI
- Klien tampak sering BAK
- Volume urine > 250 cc
- Klien tampak mual dan muntah
- Distensi abdomen
- bising usus lambat < 4 x/mnt
- klien tampak lemas dan pucat
- Klien tampak sering menangis
ANALISA DATA
Dx I : konstipasi b/d tidak adanya lubang anus
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam konstipasi berkurang.
KH : - distensi abdomen berkurang
- bising usus dalam batas normal
- klien tampak tenang dan tidak gelisah
- BAB normal disertai Flatus
Data fokus :
Ds :Ibu K mengatakan bayinya lahir tidak mempunyai dinding perut dan tidak memiliki lubang anus.
Do : tampak klien tidak memiliki dinding perut dan tidak memiliki lubang anus.
Data tambahan :
Ds : ibu klien mengatakan klien menangis terus
- ibu klien mengatakan klien tidak nafsu makan, mual muntah / kembung
ibu klien mengatakan tidak pernah BAB dan flatus
Do : kien tampak pucat/gelisah
- Klien tampak sering menangis
- Distensi abdomen
- bising usus lambat < 4 x/mnt
Intervensi
- kaji TTV
- observasi distensi abdomen
- beri posisi senyaman mungkin
- kolaborasi dengan dokter untuk dilakukan tindakan pembedahan.
Implementasi
- mengkaji TTV
- menobservasi distensi abdomen
- memberi posisi senyaman mungkin
- berkolaborasi dengan dokter untuk dilakukan tindakan pembedahan.
Evaluasi : S : ------
O :-distensi abdomen berkurang
-Bising usus < 4 x/mnt
-Klien tampak tenang dan tampak gelisah
-anak bisa BAB melalui anus buatan.
A :-Masalah teratasi sebagian.
P :-Tindakan dilanjutkan
Dx II : Kecemasan orang tua b/d akan dilakukanya tindakan pembedahan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x 24 jam tingkat kecemasan orang tua berkurang
KH : - orang tua kooperatif selama dilakukan tindakan pembedahan
- ekspresi wajah orang tua anak lebih tenang
Data fokus :
Ds :-------
Do :-------
Data tambahan :
Ds :-Ibu klien mengatakan cemas karena anaknya akan dilakukan operasi
-Ibu klien mengatakan takut jika tindakan operasinya tidak berasil
Do :-Ekspresi wajah ibu klien tampak tegang, cemas dan kwatir akan keselamatan anaknya.
Itervensi
- tua kaji tingkat kecemasan ortu terhadap kecemasan
- jelaskan porsedur persiapan operasi (seperti pengambilan darah waktu puasa dan jam operasi ), dan yang akan dilakukan dikamar operasi dengan terlebih dahulu dilakukan anastesi.
- Dengarkan keluhan orang
- Berikan kesempatan orang tua untuk bertanya
- Jelaskan keadaan anak setelah dilakukan operasi
-
Implementasi
- mengkaji tingkat kecemasan ortu terhadap kecemasan
- menjelaskan porsedur persiapan operasi (seperti pengambilan darah waktu puasa dan jam operasi ), dan yang akan dilakukan dikamar operasi dengan terlebih dahulu dilakukan anastesi.
- mendengarkan keluhan orang tua
- memberikan kesempatan orang tua untuk bertanya
- menjelaskan keadaan anak setelah dilakukan operasi
Evaluasi
S: ortu mengatakan rasa cemas mereka berkurang
O: ortu tampak mulai tenang dan tampak memahami penjelasan prosedur pembedahan
A: masalah teratasi
P: tindakan dilanjutkan
Dx: III
Resti kekrangan volume cairan b/d intake yang tidak adekuat
Tujuan: Setelah dilakukan tundka selama 2x 24 jam resti kekurangan volume e cairan tidak terjadi
KH: -Turgor kulit elastis
-Membra mukosa lembab
-Volume cairan 250 cc/hr
-Mual muntah teratas
Data focus:
Ds:---------
Do:---------
Data tambahan
Ds: -ortu megatakan anak mual muntah
-Ibu mengatakan anak menolak di berikan ASI
-Ibu mengatakan anak sering BAK
Do:-Anak tampak berkeringat
-Anak tampak menolak saat di beri ASI
-Anak tampak sering BAK
-Volume urine lebih dari 250 cc
-Anak tampak mual dan muntah
Intervensi:
-Observasi TTV seiap 4 jam
-Observasi status dehidrasi
-pantau adanya komplikasi usus seperti adanya perforasi
-Pantau respon bayi terhadap evarkuasi anus
-Pertahankan cairan parental
-Observasi intake & output cairan
Implementasi:
-Mengobservasi TTV seiap 4 jam
-Mengobservasi status dehidrasi
-Memantau adanya komplikasi usus seperti adanya perforasi
-Memantau respon bayi terhadap evarkuasi anus
-Mempertahankan cairan parental
-Mengobservasi intake & output cairan
Evaluasi:
S:------
O:-Turgor kulit tampak elastis
-Membran mukosa lembab
-Mual muntah masih terjadi
A: Masalah teratasi sebagian
P: Tindakan dilanjutkan.
REFERENSI
Betz Cecily L dan Sowden Linda A. Keperawatan Pediatri Ed. 3. Jakarta : EGC, 2002.
Panitia S. A. K. Standar Asuhan Keperawatan Pasien Anak Seri III. Jakarta: Komisi Keperawatan P. K. St. Carolus, 2000.
Alimul Hidayat A. Aziz dan Uliah Musrifatul. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC, 2004.
Alimul Hidayat A. Aziz. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Cet. 2. Jakarta : Salemba Medika, 2006.