Minggu, 11 November 2012

Awas, Risiko Kanker dapat Meningkat Hingga 50% Pada Si Perut Buncit


Kebanyakan orang terkadang kurang menyadari bahwa gaya hidupnya yang tidak sehat telah membuat perutnya buncit. Jangan mengabaikan hal ini, karena tumpukan lemak di perut telah diketahui terkait dengan berkembangnya jenis kanker tertentu.



Para peneliti dari University of Texas Health Science Center di Houston melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa sel-sel progenitor lemak dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan kanker dengan memperkuat pembuluh darah yang dibutuhkan tumor untuk berkembang.

Studi yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa ada korelasi antara obesitas dan tingkat kanker. Kelebihan berat badan dan obesitas diketahui dapat memperburuk dan mempercepat perkembangan jenis kanker tertentu.

Para peneliti menggunakan tikus sebagai obyek penelitian yang membaginya menjadi dua kelompok, tikus gemuk dan tikus kurus. Kemudian peneliti menerapkan pola diet yang sama pada masing-masing kelompok. Hasilnya, perkembangan sel tumor pada tikus yang obesitas jauh lebih cepat dibandingkan pada tikus yang lebih ramping.

Para ilmuwan juga menemukan bahwa tikus obesitas memiliki sel adiposa putih yang lebih banyak. Jika sel-sel adiposa putih tersebut memasuki sel-sel stroma, maka terbentuklah sel-sel tumor.

Sel stroma yang telah dimasuki adiposa juga berkontribusi terhadap angiogenesis, komponen yang berfungsi menyuplai nutrisi dan oksigen untuk bahan bakar pertumbuhan kanker. Sehingga, hal ini dapat menyebabkan peningkatan risiko terhadap kanker hingga 50 persen.

Jenis kanker yang terkait kelebihan berat badan dan obesitas adalah kanker prostat, payudara, ovarium, kanker kolorektal, dan ginjal. Penelitian ini sangat penting untuk mengetahui bagaimana kelebihan lemak tubuh merupakan faktor risiko independen yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan kanker.

"Anda perlu memperhatikan pola makan dan meningkatkan aktivitas fisik untuk mencegah kelebihan berat badan serta mengurangi risiko terhadap kanker," kata Dr. Mikhail Kolonin, penulis studi. Hasil penelitian tersebut dipublikasikan dalam jurnal Cancer Research, seperti dilansir naturalnews, Jumat (9/11/2012).

Sumber: http://health.detik.com